Demi Perubahan, Sejumlah Guru Bahasa Indonesia di Australia Tinggalkan Pekerjaan

"Saya merasa tidak belajar hal yang baru dan juga saya melakukannya sendirian mengajar bahasa Indonesia," katanya.
Karenanya, begitu ada tawaran untuk menjadi guru di sekolah lain, meski bukan menjadi guru bahasa Indonesia, ia langsung mengambilnya.
"Saya tidaklah sebenarnya secara terbuka mencari pekerjaan namun ketika datang tawaran, saya merasa waktunya untuk berhenti sebelum saya membenci pelajaran ini [bahasa Indonesia] dan menjadi guru yang malas," katanya.
'Seperti lingkaran setan'
Minat belajar bahasa Indonesia di kalangan pelajar di Australia menurun setiap tahunnya.
Menurut data Departemen Pendidikan Australia di tahun 2021, hanya ada 3 persen murid kelas 12 yang mengambil pelajaran bahasa Indonesia, sementara bahasa seperti Jepang dan Mandarin lebih diminati, bisa mencapai 19-20 persen.
Sementara di tahun 2006, mereka yang mendaftar untuk belajar bahasa Indonesia adalah 6,4 persen.
Silvy Wantania, Presiden Asosiasi Guru Bahasa Indonesia di Victoria (VILTA) mengatakan sulit mendapatkan data pasti berapa banyak guru bahasa Indonesia di Australia yang meninggalkan profesi mereka setiap tahun.
Silvy baru saja menyelenggarakan konferensi guru bahasa Indonesia tahunan di Melbourne pekan lalu dan ia sering mendengar jika sekolah-sekolah kesulitan mencari guru bahasa Indonesia yang baru.
Mulai pekan ini, Jane Shearwood, perempuan asal Inggris, memutuskan untuk tidak lagi mengajar bahasa Indonesia di sekolah di Australia
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya