Demi Perubahan, Sejumlah Guru Bahasa Indonesia di Australia Tinggalkan Pekerjaan
Erin mengatakan semangatnya untuk menjadi guru bahasa Indonesia hilang ketika pandemi COVID-19 mengubah sistem pengajaran di seluruh dunia, termasuk di Australia.
"Menjadi guru bukanlah hal yang mudah dan COVID membuat pengajaran menjadi lebih sulit lagi karena pengajaran online," katanya.
Tapi yang lebih mematahkan semangat menurutnya adalah mendengar murid-muridnya tidak mau lagi melanjutkan belajar bahasa Indonesia.
"Anak-anak kelas 7 yang harus memilih pelajaran bahasa ini mengatakan mereka tidak perlu belajar bahasa Indonesia karena sudah pernah ke Bali dan semua orang bisa berbahasa Inggris," katanya.
Dari pengalamannya mengajar bahasa Indonesia, Erin melihat kecenderungan terus menurunnya minat pelajar Australia untuk belajar bahasa Indonesia.
"Saya kira penurunan itu terjadi di semua bahasa. Saya kira satu-satunya bahasa yang meningkat adalah bahasa Mandarin, namun itu pun sebenarnya naik turun," katanya.
Ia menilai belajar bahasa Indonesia banyak dilakukan pelajar sekolah dasar, tetapi semakin tinggi kelas mereka, semakin sedikit murid yang tertarik.
"Di sekolah saya misalnya, di kelas 7 mungkin ada sekitar 100 orang yang belajar. Namun di kelas 12 jumlahnya tinggal 10 orang, jadi drop out-nya 90 persen," katanya.
Mulai pekan ini, Jane Shearwood, perempuan asal Inggris, memutuskan untuk tidak lagi mengajar bahasa Indonesia di sekolah di Australia
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata