Demi Sekolah Rossa, si Ibu Rela jadi Tukang Ojek
Sambil menunggu penumpang di pangkalan, Bintang mengisahkan, bahtera rumah tangga mereka bermula pada 35 tahun silam. Saat itu, dia dan suaminya berdomisili di Medan dan saat baru menikah, mereka meninggalkan Kota Medan dan merantau ke Jakarta. Di kota metropolitan itu, mereka tinggal di Keramat Jati, Jakarta Timur.
Selama 20 tahun berjuang di kota besar, penghasilan semakin lama semakin surut. Apalagi, lapangan pekerjaan sangat minim. Supaya bisa menyekolahkan keenam putra-putri mereka, Bintang mengajak suaminya pindah ke Kabupaten Simalungun dan tinggal di Nagori Parriasan, Kecamatan Jorlang Hataran. Waktu itu, usaha menjual tuak masih sangat menggiurkan.
“Karena di Jakarta lapangan pekerjaan semakin minim, kami pindah ke Simalungun dan mencoba memulai usaha menjual tuak,” kata penduduk asli Medan ini.
Selama delapan tahun menjual tuak, Bintang menyadari bahwa pelanggan semakin menurun karena begitu banyaknya bermunculan penjual tuak. Bangkrut dari usaha itu, Bintang sempat bekerja sebagai penjaga wartel di Jorlang Hataran.
Alasan gaji tak mencukupi untuk biaya sekolah anak menjadi alasan Bintang hanya setahun kerja di situ. Kemudian mengadu nasib di Pekan Tiga Dolok sebagai penyedia jasa memasak. Dia benar-benar harus bekerja karena suaminya yang memang jarang sekali pulang.
Setiap hari pekan, Bintang pergi ke pekan Tiga Dolok sambil membawa peralatan memasak dan bumbu dapur. Ia menjadi juru masak daging dengan upah jasa untuk satu kilogram daging sebesar Rp10 ribu.“Kalau pekan ramai, aku bisa dapat Rp100 ribu,” ujarnya.
Dan, itupun tak lama ia lakoni, hanya sekitar satu tahun. Dia benar-benar kesulitan kalau pekan sepi, sementara air untuk masak tetap dibayar dan peralatan masak yang dititip juga harus dibayar.
Sementara, karena sepinya pekan, penghasilan pun pas-pasan. Belum lagi sekarang segala bumbu masak instan sudah tersedia sehingga masyarakat lebih memilih memasak di rumah.
BINTANG Br Simanjuntak (54) melajukan sepeda motornya mengantar penumpang. Terik panas dan jalan bergelombang biasa diterjang. Baginya, yang terpenting
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408