Demi si Buah Hati, Mengharukan...

Demi si Buah Hati, Mengharukan...
Battar Abinaya Basupati bersama Ayahnya Sutriyono ketika ditemui Jawa Pos di tempat tinggalnya di Depok, Jawa Barat. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

’’Jangankan hati, seandainya harus ditukar nyawa pun saya ikhlas,’’ ujar Tri, panggilan Sutriyono, saat ditemui Jawa Pos di rumahnya di Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, awal Desember lalu.

Battar menjalani operasi cangkok (transplantasi) hati pada 29 November 2015 atau sekitar setahun lalu. Hingga kini, dia masih menjalani masa-masa pemulihan.

Sejatinya, Battar lahir normal dan sehat pada 25 Juni 2014. Berat badannya ketika keluar dari rahim ibunya, Tari, tercatat 4 kg. Montok, lucu, dan menggemaskan. Hampir tak ada yang mengkhawatirkan.

Namun, kebahagiaan Tri dan Tari mulai terusik ketika Battar memasuki umur sebulan. Bola mata anak keduanya itu, yang semula bening, tiba-tiba berubah menjadi kuning. ’’Kami mulai gelisah melihat perubahan itu,’’ ungkap Tri.

Meski begitu, Tri dan istri tidak menganggap serius perubahan fisik anaknya itu. Mereka menyangka perubahan tersebut terjadi karena anaknya jarang dijemur di bawah sinar matahari pagi.

Namun, untuk memantapkan hati, Tri dan Tari membawa Battar ke klinik yang tidak jauh dari rumah asal mereka di Kabupaten Lampung Selatan.

Hasil pemeriksaan dokter di klinik itu sungguh melegakan Tri. Kelainan Battar tersebut bisa disembuhkan dengan cepat. Caranya, bayi itu saban pagi mesti dijemur beberapa jam serta diminumi obat dan vitamin.

Namun, kelegaan tersebut perlahan berubah menjadi kecemasan. Kondisi Battar tidak kunjung membaik, bahkan malah memburuk.

ANAK ini penderita atresia bilier atau kelainan hati karena penyumbatan saluran empedu. Dia hidup dari potongan hati ayah atau ibu kandungnya yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News