Demo Ala Cak Nun di Kandang Banteng

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Demo Ala Cak Nun di Kandang Banteng
Budayawan Emha Ainun Nadjib dan Ketua DPP PDIP Maharani menghadiri acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Masjid At-Taufiq, Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (10/4). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mbah Nun meyakini tradisi kolektivisme itu lebih unggul ketimbang tradisi individualisme yang menjadi inti peradaban Barat, termasuk Amerika. Dalam beberapa kesempatan, Mbah Nun mengatakan bahwa punjer atau episentrum global ada di Nusantara, bukan di negara lain.

Dibanding dengan Indonesia, sejarah Amerika baru seumur jagung. Amerika baru ditemukan oleh Columbus secara tidak sengaja pada 1492 dan masih berwujud tanah gersang yang dihuni penduduk asli Indian.

Pada waktu itu, Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah sebelumnya menjadi penguasa regional dengan menguasai wilayah Asia Tenggara termasuk Tumasik, Singapura, sekarang dan wilayah Thailand modern.

Abad ke-16 dan 17 menandai kemerosotan politik wilayah Nusantara. Sebaliknya,  zaman keemasan Eropa mulai muncul melalui Rennaisance yang melahirkan Revolusi Industri.

Dari Revolusi industri itulah Eropa menjajah dan menguasai dunia. Inggris merajalela menguasai Asia dan Afrika dan menjadi imperium raksasa dan dengan bangga menyebut “the sun never set in the British Empire” karena wilayah jajahannya membentang dari timur ke barat.

Belanda yang wilayahnya hanya seukuran upil dibanding Indonesia menguasai keterampilan navigasi dan mempunyai teknologi senjata api yang maju sehingga bisa menguasai Nusantara sampai 350 tahun.

Kemajuan Eropa yang fenomenal hanya dalam waktu satu abad itu membuat tercengang para ahli sejarah. Sampai sekarang banyak muncul berbagai teori yang menjelaskannya, tetapi semua bersifat spekulatif dan belum ada satu teori tunggal yang meyakinkan.

Sejarah Indonesia pramodern membentang ribuan atau malah ratusan ribu tahun. Jawa menjadi punjer atau episentrum peradaban ketika itu.

Cak Nun punya cara khas dalam menyampaikan kritik. Dia memadukan gaya Gus Dur dengan Asmuni dan ada bau Cak Nur, yang semuanya dari Jombang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News