Demokrasi Terpimpin Ala Nazarbayev

Oleh: Zaenal A Budiyono*

Demokrasi Terpimpin Ala Nazarbayev
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Kazakhstan, Nursultan Abishevich Nazarbayev dalam pertemuan di Astana, Kazakhstan, Senin (2/9). Foto: presidensby.info

Sebaliknya, Nazarbayev kental pengalaman dan meniti karier dari bawah. Ia bukan penentang rejim komunis Uni Soviet, melainkan salah satu pejabat strategis di Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). Tercatat, pria yang di masa mudanya menjadi buruh pabrik ini pernah duduk sebagai Sekretaris Komiter Sentral Partai Komunis Kazakhstan (1979-1984) dan Perdana Menteri Republik Soviet Sosialis (RSS) Kazakhstan.

Tak ada kampanye kebencian terhadap Soviet yang ia “jual” untuk memperoleh dukungan rakyat. Nazarbayev menawarkan justru transisi secara gradual di Republik Kazakhstan dengan fokus utama pembangunan ekonomi.

Berkuasa Penuh

Saking kuatnya pengaruh Nazarbayev, tak ada kelompok politik yang bisa menggusurnya sejak menggenggam jabatan di tahun 1991. Praktis, hingga kini  Nazarbayev sudah 22 tahun menggenggam kekuasaan di Kazakhstan. Bahkan bila ditambah dengan jabatannya di negara bagian Kazakhstan selama era Soviet, pria kalem ini sudah berkuasa hampir 30 tahun. Waktu berkuasa yang cukup lama, mendekati kekuasaan Presiden Suharto di era Orde Baru.

Nazarbayev bukannya tak menghadapi riak politik. Setelah menyapu bersih pemilu 1991 dan 1995, Nazarbayev berkuasa lagi melalui referendum. Pada 2005, ia kembali menang tanpa lawan berarti. Pada pemilu 2007, partai pendukung Nazarbayev, Partai Nur-Otan (Fatherland) kembali menang mutlak dengan 88 persen suara di parlemen, ekuivalen 98 kursi atau mayoritas mutlak.

Namun, tekanan kelompok oposisi mulai mengencang pada 2011. Oposan mempertanyakan tidak adanya referendum guna memperpanjang  jabatan Nazarbayev hingga 2020 tanpa melalui pemilu.

Setelah melalui diskursus panjang dengan melibatkan sejumlah kelompok di Kazakhstan, Mahkamah Konstitusi (MK) Kazakhstan memutuskan menggelar Pemilu pada April 2011. Hasilnya, Nazarbayev memenangi 95,5 persen suara, walaupun saat itu ada 4 calon presiden yang bertarung.

Dengan adanya pemilu 2011 itu, komunitas internasional melihat Nazarbayev melakukan konsolidasi politik dan kekuasaan dengan cara demokratis. Berbeda dengan banyak rezim tua di sejumlah kawasan yang menegakkan kekuasaan dengan diktatorial dan kekerasan.

KAZAKHSTAN sebagai pecahan Uni Soviet merupakan salah satu negara berkembang yang berhasil melakukan konsolidasi politik dan ekonomi secara mapan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News