Denny JA Bicara soal Nobel Perdamaian 2023 untuk Pejuang HAM Dipenjara
jpnn.com, JAKARTA - Narges Mohammadi, seorang aktivis dan pejuang hak asasi manusia asal Iran mendapatkan Nobel perdamaian tahun 2023. Upayanya memperjuangkan banyak hal, diantaranya diskriminasi terhadap kaum perempuan.
Perempuan kelahiran Zanjan, Iran, 21 April 1972, menerima Nobel Perdamaian saat dirinya masih ada di dalam Penjara Evin di Teheran.
Sejak usia belasan tahun, Narges Mohammadi sudah menjadi aktivis asasi manusia dengan berbagai risiko yang dia hadapi.
Ketua Umum Esoterika, Denny JA, mengatakan, pada 2011, Narges Muhammadi mendirikan Hafes yakni lembaga yang membela hak asasi manusia dan menentang hukum cambuk, apalagi terhadap perempuan di Iran.
"Mengapa seorang perempuan dicambuk? Ada banyak sebabnya. Antara lain itu bisa disebabkan oleh pelanggaran cara berpakaian. Misalnya tidak memakai jilbab," kata Denny dalam perayaan Hari Santo Fransiskus Asisi di BBPK Jakarta, dikutip Rabu (11/10).
Denny mengatakan Narges Mohammadi dan kelompoknya sudah membantu dan mendampingi ratusan perempuan yang dicambuk.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini menyebut, mereka yang berjuang membela hak asasi manusia bisa diartikan sedang melawan dan menunjukkan kelemahan kebijakan pemerintah.
"Kita tahu juga dari sejarah bahwa penjara tidak pernah membuat jera seorang pejuang hak asasi yang sejati," ungkapnya.
Ketua Umum Esoterika, Denny JA berbicara tentang sosok Narges Muhammadi yang merupakan aktivis dan pejuang HAM asal Iran mendapatkan Nobel perdamaian
- Chief Human Capital Officer ACC Raih Indonesia Most Powerful Women Awards 2024
- Gegara Kelakar soal Janda, Ridwan Kamil Dinilai Merendahkan Perempuan
- Elektabilitas Toni Uloli-Marten Taha Makin Moncer di Pilgub Gorontalo versi TBRC
- KOPRI Dorong Adanya Ruang Aman untuk Perempuan dan Anak di Tempat-Tempat Ini
- Isrullah-Usman Merangkul Semua Golongan, Layak Dijadikan Contoh Dalam Berpolitik
- Jelang Pencoblosan, Rudy Mas'ud-Seno Aji Bakal Jadi Pemenang di Pilgub Kaltim