Depan Belakang

Oleh: Dahlan Iskan

Depan Belakang
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Bukan sekadar menyempitkan jarak tempat duduk seperti di pesawat merah di Indonesia.

Sekitar 20 tahun lalu saya juga mengalami hal baru: jurusan Hong Kong. Cathay Pacific. CX. Posisi kursinya dibuat mencong. Tidak menghadap ke depan. Tetapi juga tidak menghadap ke samping atau ke belakang.

Kursi itu menghadap ke sudut kira-kira 40 derajat. Kursinya tetap bisa dibuat flat tetapi terasa lebih sempit. Saya masih bisa menerima. Ukuran badan saya masih bisa fleksibel.

Beberapa kali saya terbang dengan susunan kursi seperti itu. Tetapi kreasi CX tersebut kelihatannya tidak membawa sukses. Dihentikan di situ. Tidak ada penerbangan lain yang meniru. CX sendiri terlihat tidak mengembangkannya ke pesawatnya yang lain.

Naskah ini saya tulis di pesawat jurusan Jakarta ke Abu Dhabi. Jam 04.00 waktu pesawat. Istri saya lagi terlelap di sebelah. Lengket dengan selimut tebalnya.

Saya naikkan penyekat otomatis yang memisahkan tempat tidurnya dengan kursi saya.

Kalau pun mendadak terbangun dia tidak akan bisa marah melihat saya lagi menulis tentang dirinya.

Tiba-tiba dia ketok-ketok dinding tipis penyekat itu.

Enam bulan lalu saya mendapat tamu: ahli hongsui terkait dengan logo dan nama. Dia mengatakan nama depan saya itu yang membuat saya gagal jadi calon presiden.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News