Deponering di Tangan, TPBC Dibubarkan
Jumat, 11 Februari 2011 – 20:44 WIB
Endriartono pun mengeluarkan pemahamannya tentang intelijen. Menurutnya, dalam kasus kekerasan berbau agama itu tidak perlu mempersiapkan massa. Sebab, situasi bisa diciptakan.
Baca Juga:
"Yang ada itu situsional. Kalau diperlukan, ya rekrut orang-orang tertentu, katakanlah untuk berbuat sesuatu untuk mematangkan situasi. Itu tidak disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya, tidak permanen," paparnya.
Soal pita biru yang menjadi penanda para pelaku penyerangan terhadap pengikut Ahmadiyah, Endriartono meyakini massa penyerang memang sudah saling kenal. "Tanda itu sebagai penunjukan saja. Mereka itu (saling) kenal. Itu (pita) untuk pembagian tugas saja, hijau punya hak untuk begini-begini, biru punya hak untuk begini-begini," paparnya.
Endriartono juga mengatakan, polisi seharusnya lebih sensitif dalam memahami potensi kekerasan oleh kelompok tertentu. "Harusnya diantisipasi, siapkan kekuatan yang cukup. Saya rasa mereka (polisi) karena tidak cukup sigap melihat potensi terjadinya suatu kerusuhan. Karena itu, antisipasinya jadi tidak sesuai," ulasnya.
JAKARTA - Mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Endriartono Sutarto, menilai kasus kerusuhan berbau agama di Pandeglang dan Temanggung lebih karena
BERITA TERKAIT
- Tidak Ada Optimalisasi di Seleksi PPPK 2024 Tahap 1
- Pengurus Baru Dilantik, KAHMI Unkris Siap Berkontribusi Wujudkan Indonesia Emas
- Merayakan HUT ke-17, TMP Ingin Melahirkan Kader Kritis dan Berpikir Matang
- Yanuar Arif Mengapresiasi Respons Cepat Menteri PU terhadap Aspirasi Masyarakat Banyumas-Cilacap
- Bambang Hero Dipolisikan Warga Babel, Kuasa Hukum Terdakwa Kasus Timah Jelaskan Ini
- 6 Tuntunan R2 dan R3 PPPK 2024 di Demo Nasional, Semoga Didengar Presiden Prabowo