Depresiasi Rupiah Tekan Pertumbuhan
ndef: Growth Tahun Depan 4,9 Persen
Kamis, 27 November 2008 – 02:30 WIB
JAKARTA -Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2009 diperkirakan berada di level 4,9 persen. Itu berarti lebih optimistis daripada proyeksi IMF, namun lebih pesimistis dibandingkan proyeksi pemerintah di level kisaran 6 persen. Menurut dia, fundamental ekonomi yang diklaim kuat ternyata tumpul disebabkan oleh dua hal. Yaitu, keterlambatan kebijakan pemerintah dan struktur ekonomi yang semu. "Pemerintah terlambat. Kebijakan-kebijakan konkret baru dilakukan pada pertengahan Oktober 2008. Tidak ada deteksi dini yang tepat terhadap kondisi sasaran utama krisis, yaitu perbankan dan matauang," jelasnya.
Direktur Indef M. Ikhsan Modjo mengatakan, tekanan kuat terhadap investasi, ekspor, dan depresiasi rupiah menjadi faktor dominan bagi terkoreksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada warsa depan. Selain itu, perlambatan ekonomi dunia akan memperlemah kinerja ekspor nasional. Apalagi, Tiongkok dan India, yang diharapkan mampu menjadi penopang limbungnya negara-negara maju, pertumbuhan ekonominya juga menurun.
Hal itu akan mengurangi ekspor komoditas energi dan perkebunan yang selama ini porsinya banyak tersedot ke dua negara itu. "Jadi, tidak bisa sekarang kita bilang bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Apa yang terjadi saat ini menjadi bukti cukup rapuhnya fundamental perekonomian," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/11).
Baca Juga:
JAKARTA -Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2009 diperkirakan berada di level 4,9 persen. Itu berarti lebih optimistis daripada proyeksi IMF, namun lebih
BERITA TERKAIT
- Electricity Connect 2024 Siap Jadi Sarana Solusi Inovatif untuk Tantangan Transisi Energi Bersih
- Hunian ini Tawarkan Ruang Hijau yang Asri
- Hunian ini Tawarkan Ruang Hijau yang Asri
- Lebih dari 32.000 Pengunjung Ramaikan K-Expo Indonesia 2024
- Soal Dampak Green Bond, BNI Bisa Jadi Contoh dan Acuan Bagi Sektor Perbankan di Indonesia
- Pemkot Kupang Dorong Kemudahan Investasi untuk Penyerapan Tenaga Kerja