Depresiasi Rupiah yang Bikin Resah
Hingga Rp 10.220 Per USD, Ekonomi Masih Aman
Senin, 22 Juli 2013 – 06:30 WIB
Difi menyebut, sektor aneka industri memiliki rata-rata kandungan impor hingga 23,97 persen dan total kewajiban kredit Rp 30,80 triliun. Lalu, industri dasar dengan komponen impor 16,04 persen dan total kredit Rp 83,24 triliun.
Perusahaan sektor infrastruktur juga tercatat memiliki kandungan impor cukup tinggi, yakni hingga 13,94 persen dan total kredit Rp 45,10 triliun. Selanjutnya, sektor consumer goods dengan komponen impor 4,27 persen dan total kredit Rp 2,53 triliun. Juga industri perdagangan dengan komponen impor 4,22 persen dan total kredit Rp 120 miliar.
Jika diperinci, lanjut dia, sebagian besar perusahaan yang dimaksud bergerak di industri makanan dan minuman, pulp and paper, transportasi/otomotif, tekstil, makanan ternak, bahan kimia, mesin, dan plastik.
Data BI menunjukkan, per akhir 2012, sekitar tujuh ribu perusahaan tersebut memiliki kredit korporasi Rp 161,8 triliun yang tersebar pada 25.700 rekening di 109 bank. Angka kredit NPL tercatat 3,1 persen alias masih dalam koridor aman, yakni di bawah standar 5 persen.
RUPIAH kian tak berdaya menghadapi keperkasaan dolar AS. Lantas, sampai level berapakah perekonomian tanah air sanggup melawan tekanan greenback
BERITA TERKAIT
- Melalui UMK Academy, Pertamina Dukung UMKM Bersaing di Tingkat Global
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024
- Pegadaian Gelar Media Awards 2024, Puluhan Jurnalis Raih Penghargaan
- Pertamina Regional Indonesia Timur Raih Penghargaan Internasional Best Practice GCSA 2024
- Mendes Yandri Susanto Sebut BUMDes Penting Cegah Efek Negatif Urbanisasi Bagi Desa
- Sertifikasi Halal Lindungi UMK dari Serbuan Produk Luar Negeri