Deradikalisasi di Indonesia Sudah Oke
Dia mengaku sedih dengan adanya pengamat yang menilai Indonesia gagal mencegah radikalisme dan terorisme.
Selain itu juga penilaian bahwa deradikalisasi tidak efektif untuk mencegah terorisme tanpa dasar dan fakta yang benar. Dia bahkan siap berdebat dengan siapa saja untuk mengklarifikasi masalah itu.
"Saya katakan deradikalisasi di Indonesia itu oke. Saat saya menghadiri dan memberikan paparan pada konferensi pencegahan terorisme di India beberapa waktu lalu, tak satu pun dari negara hadir yang tidak memberikan apresiasi kepada Indonesia atas keberhasilan menggagalkan beberapa rencana aksi teror," terang Hamidin.
Dia memaparkan, untuk mengukur keberhasilan pencegahan terorisme tersebut ada dua indikator.
Pertama, kualitatif yaitu pada 2016-2017 hanya enam rangkaian aksi terorisme di Indonesia, empat di antaranya oleh pelaku lama yang mengulangi lagi.
Dari jumlah itu, bila dibandingkan tahun 2015-2014 ada 17 kasus.
Mundur lagi, pascareformasi ada Bom Bali, Bom JW Marriot, Kedubes Austalia dengan jumlah pelakunya 1438 orang.
Kemudian di era orde baru ada teroris seorang diri menyerang empat kedutaan tahun 1986.
Aksi terorisme sepanjang 2016 dan 2017 ini terus mengguncang seantero dunia.
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- BNPT Gelar Program Sekolah Damai untuk Ciptakan Lingkungan Belajar yang Toleran dan Antikekerasan
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- BNPT Beri Perlindungan Khusus Kepada Anak Korban Terorisme
- Irjen Eddy Hartono Jadi Kepala BNPT, Sahroni Minta Lanjutkan Pencapaian Zero Terrorist Attack