Deradikalisasi Jihad Melalui Komik ala Eks Pentolan JI Nasir Abbas
Toleransi Datang dari Tahanan Provos Mabes Polri
Sabtu, 10 September 2011 – 08:08 WIB
April 2007, Halila menutup mata untuk selamanya. Dia meninggal lantaran luka karena bom di punggungnya kambuh. "Saat itu, dia sedang hamil delapan bulan," ujarnya dengan terbata.
Namun, kendati tahu pelaku pengeboman tersebut berasal dari kelompok Islam radikal, Iwan tak pernah benci kepada Islam. Dia tetap meyakini bahwa agama yang dianutnya itu adalah rahmat bagi manusia. "Ini agama penuh kedamaian," ujarnya.
Keyakinan akan kedamaian itulah yang juga membuat Nasir Abas memilih keluar dari Jamaah Islamiyah (JI). Sejak itu, dia turut memperjuangkan deradikalisasi pemahaman jihad. Bahwa jihad tidak harus dengan kekerasan. "Sekarang, ini jihad saya," katanya merujuk pada komik hasil karyanya.
Komik tersebut menceritakan dirinya sejak kecil hingga peristiwa bom paling mutakhir di Masjid Cirebon, 15 April lalu. Termasuk, dari mana dirinya belajar ilmu agama, orang-orang yang memengaruhinya, hingga kisah di Afghanistan. Tanpa ragu, Nasir juga menceritakan terpecahnya JI terkait jihad dengan cara meledakkan bom.
Lewat komik, Nasir Abbas merasa lebih bisa menjangkau anak-anak muda yang rawan tergoda rayuan kelompok radikal. Bagi dia, yang terpenting kini adalah
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408