Deretan Pernyataan Kontroversial Mahathir Mohamad Soal Indonesia, Cek Nomor 3, Jangan Kaget
"Seharusnya kita tidak hanya menuntut Pedra Branca atau Pulau Batu Puteh dikembalikan kepada kita. Kita semestinya menuntut Singapura dan juga Kepulauan Riau karena itu Tanah Melayu," kata Mahathir disambut aplaus peserta kongres.
2. Mahathir dikecam karena hina Suku Bugis
Kasus itu berawal dari kampanye koalisi oposisi Pakatan Harapan yang berlangsung di Petaling Jaya pada 14 Oktober 2017 dengan tema Love Malaysia, end kleptocracy.
Saat itu, Mahathir menyindir korupsi 1MDB yang dilakukan PM Najib Razak. Mahathir menyebut Najib sebagai keturunan perompak Bugis.
"Mungkin dia bisa melacak keturunannya ke perompak Bugis. Entah bagaimana dia tersesat dan datang ke Malaysia. Pulang sana ke Bugis!" ujar Mahathir kala itu seperti dilansir The Strait Times.
Untuk diketahui, Bugis merujuk pada kelompok etnik pribumi berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan.
Akibat hal itu, banyak komunitas Bugis, LSM, dan berbagai lembaga lainnya yang tidak terima termasuk Wakil Presiden ke-12 dan 14 Republik Indonesia Jusuf Kalla.
3. Mahathir bela suporter Indonesia yang hina Timnas Malaysia
Saat masih menjabat Perdana Menteri, Mahathir pernah membela suporter Indonesia yang menghina Timnas Malaysia.
Peristiwa itu terjadi saat AFF U-16 tahun 2018 yang digelar di Indonesia. Suporter Indonesia saat itu mengeluarkan kata-kata tak terpuji kepada Timnas Malaysia yang sedang bertanding.
Eks Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad tengah jadi sorotan publik karena melontarkan pernyataan kontroversial, simak selengkapnya.
- Lagi, Tim Gabungan Menggagalkan Penyelundupan Benih Bening Lobster di Kepri
- Paguyuban Warga Jabar-Banten Dukung Ansar-Nyanyang yang Sudah Terbukti Bangun Kepri
- Ansar-Nyanyang Duet Representasi Prabowo di Provinsi Kepri
- Pasangan Unggulan, Ansar-Nyanyang Mampu Membawa Kepri Lebih Berprestasi
- Pemimpin Ideal untuk Kepri, Ansar Ahmad Dapat Dukungan Masyarakat Bintan Utara
- Ratusan Nelayan Tanjung Uma Gabung Relawan Asli Sayang Batam Dukung Ansar-Nyanyang & Amsakar-Li Claudia