Derita Sopir Taksi Konvensional Ini Bikin Sedih Banget
Tapi mereka yang telah punya pekerjaan dan jabatan tinggi, ikut-ikutan mendaftar jadi sopir transportasi online.
“Saya dengar dari teman saya, ada seorang yang posisinya General Manager (GM) sebuah perusahaan ikut-ikutan jadi sopir online. Coba bayangkan betapa rakusnya orang itu,” tuturnya dengan nada marah.
Jika orang yang berstatus GM saja mau menjadi sopir transportasi online, apalagi posisi yang di bawah lagi. Maka betapa berat tantangan yang harus dihadapi para sopir taksi konvensional.
“Tidak hanya GM, ibu-ibu, remaja, anak orang kaya yang punya mobil bagus, semua berebut jadi sopir online, apa itu tidak sama dengan maling rampok yang merampas pekerjaan kami?” sesalnya.
Yang kaya semakin kaya. Yang melarat tinggal tunggu ajal. Begitulah yang akhirnya terjadi dengan hadirnya transportasi berbasis online ini.
“Kalau dulu saya bisa bangga kuliahkan anak sampai luar daerah, sekarang saya malah bingung mau biayai gimana,” tutupnya pasrah. (*/r5)
Para sopir taksi konvensional yang sebelumnya bisa mendapatkan Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per hari, kini jauh terjun di bawah harapan.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Pekerja Ekonomi Gig Perlu Memahami Pentingnya Perlindungan Sosial
- Tingkatkan Pelayanan, inDrive Berkomitmen Prioritaskan Aspek Keselamatan
- Tarif Transportasi Online Naik, Pengamat: Pemerintah Perhatikan Kualitas Kendaraan
- Kemenhub Dorong Masyarakat Beralih Gunakan Kendaraan Listrik
- Terinspirasi Transportasi Online, Kerenku Sediakan Layanan Salon di Rumah
- Hasil Survei RISED Tentang Pola Kemitraan Transportasi Online