Desa Bengkala di Buleleng, Kampung dengan Jumlah Warga Bisu-Tuli Terbanyak di Bali
Tak Bisa Dengar Musik, Gerakan Penari Andalkan Aba-Aba Tangan
Jumat, 26 Agustus 2011 – 08:08 WIB
"Ada yang satu keluarga tidak menderita kolok, tapi pada akhirnya melahirkan anak kolok," katanya. Ada juga keluarga yang mayoritas anggotanya mengidap bisu-tuli, tapi pada akhirnya melahirkan anak yang normal.
Para pengidap bisu-tuli di Desa Bengkala, kata Arpana, juga berbeda dengan kebanyakan pengidap kelainan itu. "Jika di tempat lain, orang bisu terkadang bisa mendengar meski sedikit-sedikit. Atau, tuli, tapi bisa berbicara. Di desa ini, selain bisu, sama sekali tak bisa mendengar," paparnya.
"Pernah ada peneliti yang membawa alat untuk mengetahui seberapa besar pendengaran warga kolok ini yang masih berfungsi. Hasilnya, sampai habis kekuatan alat tersebut digunakan, ternyata penderita kolok di sini sama sekali tidak bisa mendengar," tutur Arpana.
Kasus warga bisu-tuli di Bengkala itu pernah dimuat di Science, sebuah jurnal ilmiah, pada 1998. Tulisan di jurnal tersebut berdasar hasil riset di desa itu yang dipimpin Thomas B. Friedman, seorang pakar genetika dari the National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (Institut Nasional Ketulian dan Kesulitan Komunikasi) di Bethesda, Amerika Serikat.
Semakin banyak saja jumlah warga yang bisu-tuli di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali. Data terakhir menyebutkan, jumlah
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas