Desa Bengkala di Buleleng, Kampung dengan Jumlah Warga Bisu-Tuli Terbanyak di Bali
Tak Bisa Dengar Musik, Gerakan Penari Andalkan Aba-Aba Tangan
Jumat, 26 Agustus 2011 – 08:08 WIB
"Soal kendala, biasanya awalnya siswa kolok akan minder atas kondisi mereka. Namun, itu bergantung mental mereka. Itulah yang mesti kami pacu saat proses isolasi awal. Dengan demikian, saat di kelas, mereka tidak canggung," imbuhnya.
Lebih lanjut, Kanta menyatakan, sebenarnya siswa kolok dalam keseharian sering bersama siswa normal. Tapi, jika sudah di kelas, mereka terkesan canggung. Cara lain agar para siswa kolok mau bersekolah adalah memberinya uang saku Rp 6 ribu.
Sebab, jika tidak diberi uang saku, mereka tidak mau bersekolah. Mereka rata-rata datang dari keluarga tidak mampu. "Biasanya seperti itu. Kalau mereka sudah mau pulang, ya susah untuk menahan mereka. Karena itu, tiap hari kami pun memberi mereka uang saku. Apalagi, mereka berasal dari keluarga kurang mampu. Yang terpenting, mereka mau bersekolah," tegasnya.
Lalu, pelajaran apa yang sulit ditransfer pihaknya sebagai tutor" Selain PKn, bahasa Inggris dan matematika merupakan pelajaran yang sulit disampaikan. Apalagi jika sudah masuk ke level lebih tinggi. Yakni, kelas IV dan kelas V. Contohnya, menjelaskan matematika jenis kelipatan.
Semakin banyak saja jumlah warga yang bisu-tuli di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali. Data terakhir menyebutkan, jumlah
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas