Desa Binaan BSI Klaster Nilam Aceh Tembus Pasar Ekspor
Dari yang sebelumnya hanya Rp 1.464.700, kini mencapai Rp 1.851.351 per bulan terhitung Juli 2024.
“Dari program ini, petani ada yang sudah mampu membiayai anaknya kuliah dan membeli laptop dari hasil penjualan minyak nilam, " ucapnya.
Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Pada 14 Oktober 2024, desa ini menjadi tuan rumah acara besar yang dihadiri oleh berbagai lembaga penting, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, dan berbagai lembaga keuangan.
"Melalui program ini, kami sangat terbantu dengan kemudahan akses permodalan. Bantuan BSI untuk klaster nilam merupakan langkah nyata dalam mendukung usaha budidaya kami," kata Ali.
Meski demikian, tantangan tetap ada. Ali menjelaskan modal yang dibutuhkan untuk memulai budi daya nilam: Biaya operasional awal untuk ke lahan di pegunungan: Rp 500 ribu/orang; 2.500 bibit nilam, 3 gulung kawat duri untuk pagar beserta tiang kayunya, dan 2 ton pupuk kompos.
Kesuksesan ini bukan akhir dari perjuangan mereka.
Ali mengungkapkan rencana jangka panjang kelompok tani Ekspansi perluasan lahan melalui kemitraan dengan petani di luar daerah binaan, dengan target luas 25 hektare dan produksi 4 ton minyak per tahun.
Desa Binaan BSI klaster nilam Aceh berhasil menembus pasar ekspor sehingga mampu mengubah wajah perekonomian desa ini.
- Bea Cukai-BKHIT Lepas Ekspor Perdana 3,2 Ton Ikan Kerapu Hidup Asal Wakatobi ke Hong Kong
- UMKM Kota Batu Punya Potensi Besar Menembus Pasar Internasional
- Ekspor Kopi Meningkat, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
- BSI Perkuat Kemandirian Ekonomi Masyarakat Bali, Berdayakan UMKM
- Lewat Ekspor, 8,19 Ton Produk Kotak Ikan Asal Kota Batu Tembus Pasar Meksiko
- Bea Cukai Kawal Ekspor Perdana 15,89 Ton Gurita Beku Asal Maluku ke Meksiko