Desa Cokelat Bali, Destinasi Wisata Paling Dicari

Kemudian, melihat proses pembuatan hingga pengemasan cokelat yang siap untuk dikonsumsi di balik kaca ruangan yang sudah disiapkan.
I Wayan Alit Tirtha mengatakan tujuannya mendirikan objek wisata Desa Cokelat Bali adalah untuk mengedukasi wisatawan agar mereka mulai mengenal cokelat dari mulai menanam, mengolah, dan membuatnya.
"Dengan harga tiket Rp 20 ribu per orang, wisatawan akan dikenalkan oleh pemandu berbagai jenis tanaman cokelat dari mulai cokelat lokal dan impor," katanya.
Untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di objek wisatanya, Wayan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat dan pembatasan jumlah kunjungan wisatawan agar tidak menimbulkan kerumunan.
"Mudah-mudahan dengan adanya Desa Cokelat Bali dapat bermanfaat bagi generasi muda, khususnya agar mereka bisa melihat langsung proses pembuatan dan ikut melestarikan hasil produk lokal petani cokelat di Bali," katanya.
Nana, seorang pengunjung mengaku senang bisa berlibur ke Desa Cokelat Bali.
“Bagus dan senang, ini pengalaman pertama yang menyenangkan, jadinya saya tahu sekarang bagaimana membuat cokelat sendiri, nanti ini saya praktikkan di rumah," ujar siswi kelas 3 SD itu. (antara/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Selain berwisata, para pelancong juga diberikan kesempatan melihat berbagai jenis pohon cokelat. Pilihan menarik lainnya adalah mencoba tantangan membuat cokelat itu sendiri hingga layak dikonsumsi.
Redaktur & Reporter : Boy
- Kuku Bima Meluncurkan Iklan Pariwisata, Perkenalkan Labuan Bajo ke Mancanegara
- Yayasan Sole Family Bali dan Perjuangan Melawan Ketidakberdayaan
- Keamanan Wisata Air di Bali Dipertanyakan Setelah Turis Australia Meninggal
- Lapangan Tenis Belum Diserahterimakan, Sudah Dipakai Turnamen Internasional
- Ekspansi Berlanjut, DAIKIN Resmikan Proshop Showroom ke-4 di Bali
- Menpar Widiyanti Sebut Peringatan Nuzulul Qur'an Momen Memperkuat Nilai-nilai Kebajikan