Desa Jamblang, Desa Terompet

Desa Jamblang, Desa Terompet
Desa Jamblang, Desa Terompet
Dari jumlah yang hanya sedikit, promosi dari mulut ke mulut, bisnisnya pun berkembang. Bahkan selama empat tahun menggeluti bisnis ini, perkembangannya sangat pesat.

"Dulu juga saya tidak belajar khusus. Hanya menyimak cara membuatnya dari tetangga yang jadi pengrajin terompet. Modal awalnya tidak banyak. Hanya perlu bahan seperti kertas, spons, kertas mika, lem, dot peniup terompet, dan sebagainya. Responsnya pun sangat bagus," sambungnya.

Soal bahan baku yang didapat, Sartiman tak pernah merasa kesulitan. Meski harus mencari hingga keberbagai kota karena terompet yang ia buat dalam jumlah besar.

"Spon saya dapat dari daerah Bojong. Kertas dari Plered, biasanya butuh 2 ton. Lalu kain saten dari Tegal Gubung, biasanya 100 kilogram. Plastik kado dari Jakarta, minimal 3000 lembar. Plastik mika dari Tangerang, dot peniup terompet dari Cirebon," kata suami dari Bidan Kamini (32) ini.

DESA Jamblang saat menjelang pergantian tahun dikenal sebagai Desa Terompet. Lantaran mayoritas warganya berbondong-bondong menjadi pengrajin terompet.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News