Desa Terisolir, SMS Harus Naik Bukit

Desa Terisolir, SMS Harus Naik Bukit
Desa Terisolir, SMS Harus Naik Bukit
Dana itu habis untuk perjalanan, yakni dari Desa Ritan Baru sewa mobil ke Desa Kahala Rp 450 ribu (melintasi jalan perusahaan sawit). Lalu menggunakan perahu ces dari Kahala ke Kota Bangun Rp 250 ribu, kemudian dari Kota Bangun ke Tenggarong menyewa mobil Rp 250 ribuan. Makan dan akomodasi selama perjalanan, akhirnya dana yang habis Rp 1,5 juta. Dana itu benar-benar berasal dari guru, dan tak jelas apakah akan diganti oleh pemerintah atau tidak.

“Ini termasuk pengabdian. Kalau diganti, tentu kami sangat terbantu. Sebenarnya, ada cara lebih murah, yakni menggunakan jalan darat dengan motor melintasi jalan perusahaan sawit hingga ke Kota Bangun. Tapi kalau hujan, terpaksa bermalam di hutan dan juga bisa sesat,” kata Yunus.

Untuk fasilitas di SD ini, sangat minim. Bangunannya terdiri dari dua bagian. Bangunan pertama, berbentuk lamin dengan ketinggian 1,5 meter dari tanah. Ada tiga kelas di bangunan ini yakni kelas 1, 2 dan tiga. Bangunan ini baru dibangun pada 1999. Sementara bangunan kedua, tinggi lamin dari tanah hanya 1 meter. Juga ada tiga kelas di bangunan ini yakni untuk kelas 4, 5 dan 6.

Saat banjir besar yang biasanya setahun terjadi 3 kali, ketinggian air mencapai 1 meter lebih. Sehingga bangunan kedua pasti terendam hingga setinggi pintu. Kalau sudah begitu, sekolah pasti libur termasuk kelas 1, 2 dan 3. Karena walau bangunan pertama tak terendam banjir, tapi ketinggian air yang mencapai 1 meter membuat warga tak bisa mendekati sekolah.

TENGGARONG – Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memang kaya raya, tapi tidak lantas semua kebutuhan warga terpenuhi. Contohnya di Desa Ritan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News