Desain Logo HUT ke-75 RI jadi Polemik, Bukti Komunikasi Pemerintah Perlu Diperbaiki
Menurut Emrus, perbedaan yang tidak produktif itu bisa dilihat dari dua hal.
Pertama, persepsi. Setiap manusia pasti memberikan persepsi yang berbeda terhadap stimulus yang diterima, melalui panca indera.
Perbedaan persepsi ditentukan dari sudut pandangan mana khalayak melihat stimuli itu. Karena itu, tidak heran, ada yang mengatakan desain tersebut ada kemiripan simbol agama tertentu. Ada yang mengatakan tidak.
Kedua, pemaknaan. Setiap simbol atau tanda, termasuk sebuah desain logo, sama sekali tidak bermakna, tetapi manusia atau khalayak yang memberi makna terhadap simbol.
Lambang yang sama (verbal maupun non-verbal) bisa dimaknai berbeda, dari orang atau sekelompok masyarakat yang berbeda karena nilai dan atau kepentingan tertentu.
Perbedaan makna ditentukan oleh interaksi sosial yang dialami oleh masing-masing orang atau sekelompok masyarakat.
Oleh karena itu, makna bersifat sosial sebagai produk interaksi sosial.
Dengan kata lain, nilai, ideologi, budaya, kepentingan dan dunia keseharian yang terkonstruksi selama ini bagi setiap orang maupun sekelompok masyarakat, menjadi dasar bagi mereka memaknai sesuatu.
Komunikolog Emrus Sihombing mengkritisi manajemen komunikasi pemerintah, sehingga muncul persoalan tidak produktif terkait desain spanduk HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.
- Penerapan Pajak Karbon, Pemerintah Wajib Memasifkan Komunikasi
- 5 Berita Terpopuler: Persimpangan Jalan juga Disebut Mirip Salib? Ruhut Sikat Amien Rais, Kisah Transgender
- Perdebatan Logo HUT RI, Ali Ngabalin: Nanti Ada Persimpangan Dekat Rumah, Kau Bilang itu Salib
- 5 Berita Terpopuler: Spanduk Habib Rizieq untuk Sindir Siapa? Jokowi Ingatkan yang Sok Agamais, Calon Kapolri
- Khusus Bagi yang Heboh soal Gambar Mirip Salib: Ini Makna Mendalam di Desain Simbol HUT ke 75 RI
- Heboh Gambar Mirip Salib di Simbol HUT RI, Ernest Prakasa: Saya Sedih