Desersi karena Tentara Sekutu Besar dan Sangar

LAPORAN AGUNG PUTU ISKANDAR, Bangkok

Desersi karena Tentara Sekutu Besar dan Sangar
Aman, mantan Heiho yang kini menetap di Thailand. FOTO. PUTU ISKANDAR/JP
 

Selain itu, saat latihan baris berbaris, tiap anggota dibekali kayu sepanjang sekitar satu meter. Kayu itu ibarat senjata bagi calon tentara Heiho. "Kami disuruh baris. Kayu itu kemudian ditusukkan ke perut. Tidak boleh jatuh, kalau jatuh dihukum," katanya.Pada 1944, Aman dibawa ke Thailand. Ketika itu, pasukan Jepang hendak menghadang pasukan Sekutu yang mau menyerbu Indonesia. Namun, saat sampai di Thailand, sejumlah anggota pasukan ciut nyali. Mereka beranggapan, melawan Sekutu seperti bunuh diri. "Badan anggota pasukan Sekutu besar-besar. Senjatanya bagus-bagus. Nanti kena pelor mati," tutur Aman.

 

Sembilan orang di antara mereka memutuskan"desersi", termasuk Aman. Selain Aman, mereka adalah Abdulkirom, Nasim (keduanya dari Jakarta), Basih dari Cirebon, Mamad dari Sukabumi, Ateng dari Majalaya, Endang Suriapi dari Bandung, Suganda dari Cianjur, dan Sobandi dari Bogor.

 

Begitu mendarat di pelabuhan Bangkok, mereka langsung kabur. Beberapa di antara mereka bersembunyi di kampung Jawa di Distrik Sathorn, pusat kota Bangkok, sebuah perkampungan tempat perantauan asal Jawa menetap. "Saya bersembunyi di masjid Jawa. Saya bersembunyi di balik tumpukan sajadah," ujarnya mengenang masa-masa pelarian itu.

 

Agar tak diendus tentara Jepang, mereka berpencar. Setiap hari mereka menginap di tempat-tempat berbeda. Setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada Agustus 1945, Aman dan rekan seperjuangan baru merasa tenang. Apalagi, pemerintah Thailand tak terlalu asing dengan orang Indonesia perantauan.

Masa penjajahan membuat banyak orang Indonesia tersebar. Salah satu di antaranya di Thailand. Beberapa orang anggota Heiho terdampar di negeri itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News