Desersi karena Tentara Sekutu Besar dan Sangar

LAPORAN AGUNG PUTU ISKANDAR, Bangkok

Desersi karena Tentara Sekutu Besar dan Sangar
Aman, mantan Heiho yang kini menetap di Thailand. FOTO. PUTU ISKANDAR/JP
 

Sejatinya, Aman ingin pulang ke Indonesia. Namun, karena tak ada biaya, dia lantas bekerja serabutan di Bangkok. Beberapa pekerjaan dia jalani. Mulai tukang reparasi mesin jahit, pekerja serabutan di pelabuhan, hingga sopir. Ganti-ganti pekerjaan itu dia lakoni.

Suatu ketika dia memperbaiki sebuah mesin jahit milik seorang staf KBRI. Seringnya berinteraksi membuat staf tersebut menawarkan Aman bekerja di KBRI. "Mau kerja nggak. Ini ada lowongan," katanya.

 

Aman langsung menyambut tawaran itu. Apalagi, lowongan itu pas dengan kemampuannya, yakni menjadi sopir KBRI. "Saya dulu kan sering membawa mobil gerobak (pikap, Red). Itu sudah pekerjaan saya," katanya.Tidak semua para mantan tentara Heiho menetap di Thailand. Begitu sudah punya uang cukup, beberapa di antara mereka pulang kampung. Namun, tidak demikian halnya dengan Aman. Beberapa tahun menetap di Thailand, dia kemudian menikah dengan Kamila, seorang wanita keturunan Tionghoa dari Indonesia yang lahir di Thailand.

 

Pernikahan mereka menghasilkan empat anak. Yaitu, Kamnung, Kamron, Sumon, dan Kamnvan. Semua diberi nama belakang Naradjebhusit. Aman lupa mengapa menggunakan nama itu sebagai nama keluarganya. "Katanya, biar sama dengan orang Thailand lainnya," ujar Kamron, lantas terkekeh.

 

Masa penjajahan membuat banyak orang Indonesia tersebar. Salah satu di antaranya di Thailand. Beberapa orang anggota Heiho terdampar di negeri itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News