Detik-detik Menegangkan Yesaya Pegang Perempuan Pembawa Bom

Detik-detik Menegangkan Yesaya Pegang Perempuan Pembawa Bom
Yeni Widiastuti, 39 tahun, istri Yesaya Bayang, Satpam GKI Jalan Diponegoro, Surabaya , di ruang tunggu RSAL dr Ramelan, Surabaya (13/5). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos

Pasangan tersebut telah dikaruniai dua anak: Gerrard Cillion, 12, dan Pavel Cillion, 13. ”Papanya anak-anak itu disiplin dan suka berolahraga. Dia sering olahraga bareng anak-anak,” kata Yeni tentang suaminya yang berusia 40 tahun dan berasal dari Alor, Nusa Tenggara Timur, itu.

Sekitar dua jam setelah sang suami berangkat, barulah Yeni mendapat kabar yang merobek hati tersebut. ”Sekitar jam 08.00 dikabarin kalau suami saya kena bom dan dilarikan ke rumah sakit,” katanya.

Di RSAL Surabaya Yeni mendapati sang suami mengalami luka bakar di kaki dan tangan sebelah kanan serta pipi. Dirawat di instalasi gawat darurat dan hanya boleh dijenguk istri dan anak. Itu pun dibatasi waktunya. ”Semoga suami saya baik-baik saja,” harap perempuan 39 tahun tersebut.
***
Sekitar semenit setelah ledakan pertama, terdengarlah ledakan kedua. Jemaat di dalam gereja pun panik. Langsung semburat keluar. Mencoba mencari tahu apa yang terjadi. ”Saya kira tadi ban mobil meletus,” kata Octavianus Rewah, salah seorang jemaat.

Saat itu Rewah melihat ada beberapa orang yang tergeletak. Di antaranya seorang berpakaian serbahitam dengan posisi tengkurap. Rewah sebenarnya ingin menolong orang yang hanya terlihat kakinya tersebut.

Namun, tindakan menolong itu dia urungkan. Sebab, dia takut melihat banyak asap yang keluar di sekitar orang yang tergeletak. Teriakan jemaat gereja lain agar tetap berada di dalam ruang gereja juga membuatnya ragu menolong.

Persis saat hendak masuk gereja, ledakan ketiga terdengar. Rewah mengaku melihat sumber ledakan itu dari orang yang tergeletak tersebut. Ledakan membuat tubuh orang yang memakai baju hitam dan sepatu hitam itu terpelanting ke atas. ”Sampai 4 meter,” ungkapnya.

Suasana area parkir tempat ledakan itu terjadi sudah berserak tidak keruan. Asap putih membubung tinggi. Beberapa orang terlihat bersimbah darah. Tergeletak di lantai. Salah satunya Yesaya. ”Tolong saya, tolong saya. Tolong saya, Tuhan Yesus,” teriak Yesaya yang terdengar Anton, sapaan Antonius.

Namun, Anton tidak berani mendekat untuk menolong Yesaya. Sejak ledakan pertama terdengar, lelaki 38 tahun itu telah menjauh dari lokasi. Setelah ledakan ketiga terdengar, dia baru kembali ke lokasi.

Yesaya, Satpam GKI Diponegoro, Surabaya, menarik Puji Kuswati, si pembawa bom yang mengarah ke gereja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News