Dewan Langitan

Oleh: Dahlan Iskan

Dewan Langitan
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Yang lebih sulit lagi saat pemilihan siapa yang akan jadi ketua Dewan Pers. Calonnya terlalu banyak. Masing-masing organisasi mengajukan calon ketuanya sendiri. Semua merasa berhak. Merasa mampu.

Saya tidak mau mencalonkan diri, meski beberapa orang minta saya maju. Saat itulah saya berbicara di forum: mengapa saya tidak mencalonkan diri.

"Calon ketua Dewan Pers haruslah seorang tokoh yang sudah di kelas Langitan," kata saya.

Waktu itu istilah "langitan" lagi top berkat Gus Dur: ada istilah baru "Kiai Langitan". Itu untuk membedakan kelas-kelas dalam kekiaian.

Ada kiai yang pesantrennya besar, ternama, tetapi kualitas kiainya belum Langitan. Ada lagi kiai terkenal tetapi tidak 'langitan' karena terlalu berpolitik.

Maka ketua Dewan Pers haruslah seorang intelektual terkemuka. Bukan sekadar bergelar doktor atau master.

Sang calon juga punya komitmen terhadap kebebasan pers. Ia/dia harus pendukung demokrasi. Bijak. Independen. Berwibawa di depan masyarakat pers. Juga punya latar belakang sebagai orang pergerakan.

"Saya tidak mencalonkan karena merasa belum di kelas itu," kata saya waktu itu.

Saya bersyukur atas informasi ini: ada organisasi media yang mencalonkan Prof Dr Komaruddin Hidayat untuk menjadi anggota Dewan Pers.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News