Dewan Pembebasan Bersyarat Victoria Tolak Dipersalahkan

Namun, Ketua Dewan Pembebasan Bersyarat Victoria, Peter Couzens, mengatakan kepada ABC Radio Melbourne bahwa klaim Jaksa Agung itu "benar-benar salah".
Siapakah sesungguhnya Khayre?
Nama Yacqub Khayre begitu dikenal oleh polisi dan memiliki sejarah kriminal yang panjang.
"Saya agak frustrasi oleh kesalahan informasi dari orang-orang yang seharusnya mengetahui situasinya lebih baik, seperti Jaksa Agung Federal, dia seharusnya mengemukakan fakta yang benar-benar akurat tentang waktu pembebasan dari pria ini," katanya.
Dia mengatakan Khayre dijatuhi hukuman dengan masa non- pembebasan bersyarat tiga tahun.
"Pertimbangan terakhir atas permohonan pembebasan bersyaratnya itu ditunda dari bulan Maret 2015, sampai dewan berhasil memutuskannya pada bulan Desember 2016 ... satu tahun dan tiga bulan setelah tanggal pembebasannya yang paling awal."
Tak bersalah sampai terbukti melanggar
Keterkaitan Khayre dengan terorisme juga mendapat sorotan sejak insiden hari Senin (5/6/2017), mengingat dia dihukum dan dibebaskan oleh seorang juri atas sebuah rencana untuk menyerang barak Angkatan Darat Holsworthy di Sydney pada tahun 2009.
Menteri Utama Victoria, Daniel Andrews, mengusulkan dilakukannya perubahan terhadap undang-undang federal yang akan memberi kewenangan langsung kepada pemerintah federal dalam menentukan apakah ada pihak yang menurut mereka mencurigakan, mendapat pembebasan bersyarat.
Kepala Dewan Pembebasan Bersyarat Victoria mengkritik keras Jaksa Agung Australia, George Brandis, karena telah menyebarkan "informasi yang salah" tentang pembebasan Yacqub Khayre, pria pelaku serangan teroris di Brighton, dari penjara
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia