Di Balik DetEksi Basketball League dan Kehebohan Basket di Papua (3-Habis)
Di Kampung Basket, Babi Lewat Paksa Time Out
Minggu, 25 Januari 2009 – 07:59 WIB
Dengan kondisi seperti itu, kalau pemain basketnya rewel, yang dipakai mungkin hanyalah satu sisi ring (yang tidak amblas). Tapi dasar gila basket, lapangan yang amblas sebelah bukanlah kendala untuk bermain dan berlatih. "Semua bagian lapangan tetap kami pakai," ungkap Videl Suebu, 24, seorang pengurus basket di Ifale.
Melihat kondisi lapangan yang mulai rusak itu, Jhon Ibo punya kesimpulan. "Biasanya kami hanya mendatangkan material ke kampung-kampung basket ini. Lalu warga membangun lapangan sendiri. Campuran semen mereka mungkin tidak pas. Mungkin lain kali, biar tukang saja yang membangun lapangan-lapangan ini," tuturnya.
***
Berjalan sedikit dari Ifale, tibalah kami di Kampung Hobong, kampung asal Jhon Ibo. Dia mengaku di Hobong-lah lapangan basket pertama dia bangun di sekitar Sentani.
Sebelum datangnya DetEksi Basketball League (DBL), tanda-tanda heboh basket sudah ada di Papua. Kampung-kampung basket bertebaran di sekeliling Danau
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala