Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia

Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
Perbedaan paling besar antara penerbit mayor dan indie adalah dari segi kapital atau modal. (Instagram: @post_santa)

"Secara sosial politik, Marjin Kiri bermaksud menghadirkan pemikiran-pemikiran progresif kritis yang bersumber dari Marxisme dan sejenisnya untuk mengisi lubang kosong dalam humaniora Indonesia," katanya.

"Dan syukur kalau bisa sampai mempengaruhi kebijakan ekonomi politik."

Sementara itu, POST Press yang didirikan oleh Teddy Kusuma pada tahun 2014 bermula dari membaca, yang merupakan hobi dirinya dan pasangannya.

"Semula karena kami memang suka baca dan kangen untuk punya ruang untuk para pembaca dan orang-orang yang suka buku," kata Teddy.

"Salah satu pertimbangannya juga adalah di Pasar Santa itu lumayan affordable [terjangkau] untuk sewa di Jakarta Selatan."

EA Books, menurut Aditia Purnomo, didirikan oleh Puthut EA karena dulunya sering melakukan "keliling literasi."

"Dia ketemu teman-teman komunitas ... dia ajak untuk coba bikin satu konsep buku bareng," katanya.

"[Tahun] 2018 atau 2019 EA Books akhirnya diakusisi oleh penerbit buku Mojok dan sekarang menjadi penerbit yang ada di bawah Mojok Group."

Sekarang penerbit dari kalangan independen, yang dikenal sebagai penerbit indie atau penerbit mayor, semakin banyak bermunculan.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News