Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia

"Penerbit kecil membutuhkan sirkulasi keuangan yang cepat untuk menerbitkan buku-buku yang lain," kata Mawaidi.
"Sementara penerbit besar dengan kapital besar bisa menerbitkan 10 judul, misalnya, setiap bulan, sementara kami dua judul saja selain persoalan dana tentunya, persoalan SDM."
Teddy mengatakan penerbit besar terkadang tidak menerbitkan suatu buku karena isu yang diangkat terlalu spesifik.
"Misalkan buku kekerasan budaya pasca '65 atau kritik terhadap hak asasi manusia atau queer literature," ujarnya.
"Tidak akan dengan mudah ada di penerbitan mayor."
Namun Aditia mengatakan dalam 10 tahun terakhir, penerbit buku independen "mendapatkan tempat dan pasarnya sendiri" dengan berkembangnya sarana distribusi.
"Sekarang tidak hanya lewat toko buku besar, tapi juga lewat online," ujarnya.
"Ini buat semangat teman-teman penerbit kecil bahwa ketika ngomongin pasar, kita bisa main dan bertarung di tempat yang sama dengan para raksasa, bahkan tanpa modal yang sebesar mereka."
Sekarang penerbit dari kalangan independen, yang dikenal sebagai penerbit indie atau penerbit mayor, semakin banyak bermunculan.
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun
- Dunia Hari Ini: Mobil Tesla Jadi Target Pengerusakan di Mana-Mana
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang
- 'Jangan Takut': Konsolidasi Masyarakat Sipil Setelah Teror pada Tempo