Di Balik Industri Perkebunan Australia: Nasib Pekerja yang Menopang Sumber Pangan

Namun setelah tiba di Australia, baru ketahuan jika visa mereka adalah visa turis yang tidak memperbolehkan mereka bekerja.
Mereka kemudian bertemu dengan kontraktor gelap, kemudian dibawa untuk bekerja di ladang pertanian dan mereka mau melakukannya untuk bisa membayar utang.
"Para petani hanya berhubungan dengan kontraktor. Kontraktor mendapat bayaran satu paket," kata Joanna.
"Petani mungkin berpikiran dia sudah membayar upah yang benar bagi pekerjanya. Namun sebenarnya kontraktor mengambil sebagian uangnya dan pekerja hanya mendapatkan sedikit saja."
"Para pekerja tanpa dokumen menjadi korban industri gelap."
"Kalau kita tidak mengatasi masalah pekerja tanpa dokumen ini, kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah eksploitasi dan pencurian gaji yang diderita para pekerja migran pertanian di Australia."
Pekerja tanpa dokumen merasa 'terjebak'
Beberapa pekerja tanpa dokumen mau berbicara dengan ABC dengan syarat nama mereka disamarkan.
Seorang pria asal Malaysia mengatakan dia dijanjikan akan mendapat bayaran AU$300, atau lebih dari Rp3 juta, sehari untuk memetik buah di Australia.
Dewi, seorang pekerja di Australia mengatakan teman-temannya yang tak memiliki visa dan dokumen resmi takut dideportasi, jika melaporkan perlakuan buruk dari majikannya
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rumah BUMN SIG di Rembang: 495 UMKM Naik Kelas & Serap 1.869 Tenaga Kerja