Di Balik Kasus Calon Pekerja Online Asal Indonesia di Kamboja

Di Balik Kasus Calon Pekerja Online Asal Indonesia di Kamboja
Pekerja migran Indonesia yang mengalami penipuan kerja di Kamboja berada di asrama perusahaan di Kota Sihanoukville sebelum dipulangkan ke Indonesia. (Supplied: Kompas.id)

Dengan akun-akun palsu itu ia kemudian diminta untuk "mencari customer" dengan menambahkan teman di akun medsos dan mulai berkomunikasi intensif selama tiga sampai 5 hari.

"Kami juga diajarkan cara memindahkan GPS … misalnya, lokasi kami kan di Kamboja, nah itu GPS-nya dipindahkan ke kota besar di Indonesia seperti Jakarta atau Surabaya supaya tidak kena blokir."

Setelah dirasa sudah cukup dekat dengan "customer", Fachri mengatakan tugas selanjutnya adalah meminta atau mengarahkan customer untuk menginvestasikan sejumlah dana di platform investasi.

"Awalnya cukup Rp20 ribu saja per customer per hari, tapi kemudian [kami kami ditargetkan] harus mendapat Rp5 juta per customer per hari, dan kalau tidak mencapai target kami dihukum push-up 100 kali dan denda $20."

Target dari perusahaan kepada Fachri yang terakhir adalah minimal Rp550 juta per bulan dari total customer.

"Kalau target tidak tercapai, kami tidak digaji," katanya.

"Dan kalau deposit customer sudah mencapai Rp100 juta, biasanya uangnya terkunci dan sudah tidak akan bisa ditarik lagi."

Waktu kerjanya pun terus bertambah, mulai dari 12 jam per hari, sampai 14 jam per hari tanpa libur satu hari pun.

Iming-iming gaji besar dengan syarat yang mudah menarik para pekerja asal Indonesia ke Kamboja

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News