Di Belitung, Menpar Arief Bicara Destinasi Waktu

Di Belitung, Menpar Arief Bicara Destinasi Waktu
Menpar Arief Yahya. Foto: Dok JPNN

jpnn.com - BELITUNG - Menteri Pariwisata Arief Yahya tiba-tiba bicara soal destinasi tanpa ruang, di Belitung. Bukan lagi memperbincangkan 3A yang menjadi rumus andalannya, akses, atraksi dan amenitas, tetapi bicara soal time. 

"Ya, hanya 12 provinsi di Indonesia, hanya di tempat kita saja yang kena di daratan dan hanya 9 maret 2016 dalam 3,5 abad fenomena alam ini terjadi," jelas Arief Yahya, di Seminar GMT di Negeri Laskar Pelangi itu. 

Menurut Arief, destinasi dalam pariwisata masa kini, bukan semata-mata tempat (space, topos), yang bisa dipijak, bisa diraba dan kasat mata. Waktu atau public time, atau chronos juga sebuah destinasi. 

Karena itu ribuan wisman asal Eropa, Amerika, Jepang, dan lainnya berduyun-duyun ke 12 provinsi itu hanya mengejar momentum 2-3 menit GMT. Tidak teramat peduli, lokasinya ada di mana? Tempatnya bagus apa tidak? Wilayahnya ada akses dan amenitas apa tidak? 

Rumah penduduk atau home stay pun jadi. Bahkan tidur di tenda juga dijalani, untuk tidak kehilangan kesempatan merasakan sensasi gerhana matahari total. 

"Mereka adalah pemburu-pemburu destinasi waktu! Kita beruntung, Tuhan memberi bonus GMT di Indonesia. Even utamanya diciptakan Tuhan, kita tinggal mengemas dan mempromosikan," jelas Arief Yahya yang memberikan keynote speech berjudul "Gerhana Matahari: Monumen Destinasi Waktu" itu. 

Peristiwa Gerhana Matahari, kata dia, adalah sebuah tujuan ruang waktu. Terjadi pada waktu tertentu, pada tempat tertentu, dalam pencarian posisi dan hubungan kita dengan alam semesta. 

"Kebetulan lagi, fenomena itu melintasi Belitung, yang sedang diproyeksikan sebagai salah satu dari 10 top destinasi prioritas. Maka serba kebetulan ini harus dimaknai sebagai salah satu tanda zaman, bahwa saatnya pariwisata menjadi andalan di masa depan," kata Arief Yahya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News