Di Bungamayang Lengan Itu Tergores
Perombakan lainnya: penetapan bibit yang tepat untuk panen awal, panen tengah, dan panen akhir. Yang juga penting adalah disiplin pemupukan: jumlahnya maupun hari pemupukannya. Intinya: disiplin, rajin, dan tepat.
Hasilnya luar biasa. PG BUMN tidak lagi malu oleh ejekan abadi: selalu jauh tertinggal dari swasta. PG Bungamayang di PTPN VII Lampung sudah bisa membuktikan tidak harus kalah dengan swasta.
Tahun lalu PG Krebet Baru dari grup PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sebenarnya juga sudah membuktikan bisa mengalahkan swasta tetangganya di Malang. Belum pernah seumur hidupnya Krebet Baru bisa lebih baik daripada swasta. Hanya masih kalah dengan PG swasta yang di Lampung itu. Ini karena Krebet Baru tidak memiliki kebun sendiri. Tebunya 100 persen dari petani tebu di Malang.
Saya memang terus memacu mereka untuk bersaing secara all-out. Logikanya sederhana: kalau swasta bisa, mengapa BUMN tidak bisa? Kalau luar negeri bisa, kenapa kita tidak?
Saya mengucapkan terima kasih kepada manajemen PG Gunung Madu yang telah mengizinkan staf Bungamayang belajar di beberapa bidang. Hasilnya nyata: Bungamayang bisa menyamai Gunung Madu. Inilah prestasi terbaik PG itu sejak didirikan pada 1984.
Saat saya meninjau pabrik pun, semua staf mengatakan, "Sejak saya bekerja di sini, inilah prestasi terbaik." Mereka mengatakan itu dengan sinar mata yang berbinar-binar.
Malam itu saya dan para pejabat eselon satu Kementerian BUMN tidur di mes pabrik. Usai makan malam saya manfaatkan untuk dialog dengan petani tebu. Para petani pun terbawa maju. "Sekarang kami sepenuhnya ikut sistem BUMN," ujar Bambang Supran yang memiliki kebun tebu 5 ha dan kebun singkong 3,5 ha.
"Dulu kami menggunakan bibit yang kami sukai. Sekarang kami tanam bibit sesuai dengan yang diplot Bungamayang," katanya.