Di Golkar, Hilang Kekuasaan Hilang Dukungan

Di Golkar, Hilang Kekuasaan Hilang Dukungan
Di Golkar, Hilang Kekuasaan Hilang Dukungan
Dia lantas mengomentari sejumlah hal yang membuat Syamsul merasa kecewa. Saat maju sebagai calon gubernur, Golkar lebih mendukung Ali Umri karena dia yang menjadi ketua DPD Golkar Sumut.  Namun, begitu Syamsul terpilih menjadi gubernur Sumut, dengan mudah Syamsul terpilih menjadi ketua Golkar Sumut.  Kata Qodary, Syamsul bisa terpilih sebagai ketua Golkar Sumut lantaran dia punya kekuasaan sebagai gubernur.

"Jadi, begitu Syamsul punya kekuasaan, dia dengan gampang bisa menjadi ketua DPD Golkar Sumut. Nah, mestinya Syamsul juga paham, begitu kekuasaannya sudah hilang (karena sudah dinonaktifan sebagai gubernur lantaran menjadi terdakwa kasus dugaan korupsi, red), maka jabatan sebagai ketua DPD Golkar itu juga akan dengan gampang lepas," beber Qodary.

Seberapa besar pengaruh "orang-orangnya" Syamsul akan mempengaruhi kekuatan Golkar Sumut? Qodary menjawab, tidak akan banyak pengaruhnya. Lagi-lagi Qodary menjelaskan bahwa tipikal politisi dan kader Golkar adalah berorientasi kepada kekuasaan.  "Sekali lagi, jika dia sudah tak punya kekuasaan, maka akan kehilangan dukungan. Nanti mereka akan mencari figur baru yang punya kekuasaan. Pak Syamsul harus realistis bahwa jabatannya sebagai ketua Golkar identik dengan jabatannya sebagai gubernur," ulas Qodary.

Kekuasaan, dalam konteks ini perpolitikan di internal Golkar, menurut Qodary, memang tidak melulu melekat pada jabatan. Bisa saja jabatannya tidak tinggi, tapi dia punya modal kuat.  "Di Golkar, jika punya modal kuat, logistiknya kuat, dia juga bisa mendapat dukungan," imbuhnya.

JAKARTA -- Pernyataan Syamsul Arifin yang mengaku benar-benar kecewa lantaran sudah empat kali "disakiti" DPP Partai Golkar, mendapat tanggapan pengamat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News