Di Jatim, Syiah Banyak Diserang

PB NU Curigai Aktor Intelektual dalam Kasus Sampang

Di Jatim, Syiah Banyak Diserang
Di Jatim, Syiah Banyak Diserang
Jalaludin juga mengungkap fakta mengejutkan. Yakni, pada 2009 Tajul sudah diminta menandatangani perjanjian yang menyebutkan bahwa dirinya tidak boleh menyebarkan ajaran Syiah di Sampang. Kompensasinya, Sunni Aswaja (yang dianut NU) dan MUI Sampang tak akan menganggap sesat ajaran Syiah.

 Tajul menolak dan menawarkan dialog ilmiah. Tapi, penghujatan dan ancaman terus terjadi. Akhirnya, terjadi pertemuan dengan muspida serta tokoh masyarakat di Sampang. Ada tiga opsi yang ditawarkan dan berat semua. Pertama, menghentikan semua aktivitas Syiah dan kembali ke Sunni. Kedua, diusir dari Sampang tanpa ganti rugi. Ketiga, bila tidak dipenuhi, penganut Syiah di Sampang harus mati. "Tentu saja Tajul menolak. Tapi, dia malah sempat dipenjara," tandasnya.

 

Menurut Kang Jalal, sapaan Jalaludin, pihaknya sudah mengirim tim untuk berunding dengan Pemprov Jatim. Tapi, belum kelar perundingan, tiba-tiba saja Tajul keluar dari IJABI, menghilang, dan belakangan diketahui telah pindah ke Malang.

Pada bagian lain, Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siraj terang-terangan menuding ada aktor intelektual dan grand design di balik kasus tersebut. "Ada pihak-pihak yang ingin suasana Indonesia menjadi rusuh dan tak tenang," ucapnya di Jakarta kemarin (31/12).

Menurut Said, sulit dipahami penyebabnya adalah perselisihan keluarga ataupun konflik Sunni-Syiah. "Sejak dari dulu, di Madura tak pernah ada ketegangan antara penganut Sunni dan Syiah," tambahnya.

JAKARTA - Mencuatnya kasus pembakaran pondok pesantren (ponpes) Syiah di Sampang membuat Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) angkat bicara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News