Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi
Setelah berjalan hampir 1 kilometer, langkah kami terhenti. Armansyah menyarankan kami untuk tidak melanjutkan perjalanan.
”Jalurnya tidak aman kalau sedang hujan. Kita sampai di sini saja,” tutur pria 30 tahun itu.
Ya, jalur tersebut memang tampak tidak mudah lagi, terutama bagi pendaki pemula seperti saya.
Yang dikhawatirkan bukan bagaimana mendaki, melainkan bagaimana cara turun bila nanti sampai di puncak tebing dalam kondisi hujan.
Di puncak tebing itu, terdapat gua yang dijadikan persembunyian anggota GAM. Masih ada beberapa peralatan masak yang pernah digunakan anggota GAM. Letaknya cukup tersembunyi.
Kami pun kembali ke titik semula, menyeberangi Sungai Krueng Raba. Setelah berbincang dengan Mendel yang ikut mengantar, saya minta diantarkan ke lokasi lain yang juga menjadi jalur gerilya. Lokasinya terdapat di Lhoong, masih di Aceh Besar. Setengah jam dari Pucok Krueng.
Kali ini saya tidak lagi bersama Ril dan Armansyah, melainkan Marjuni. Lhoong merupakan ”daerah kekuasaan” Marjuni saat masih menjadi kombatan GAM. Karena itu, dia sangat mengenal kawasan tersebut.
Berbeda degan Pucok Krueng, kawasan Lhoong lebih tertata. Di kawasan tersebut, terdapat air terjun yang dinamai Souhom. Jalur masuknya sepanjang 1 kilometer sudah diaspal.
PADA 15 Agustus 2005, diteken perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ya, MoU Helsinki,sudah berusia 11 tahun.
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara