Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi
”Sebelum perjanjian damai, tidak ada yang berani masuk ke sini,” tuturnya.
Penjelasan itu baru saya pahami setelah tiba di air terjun. Di sekitarnya, terdapat perbukitan yang rimbun nan terjal.
Dulu para anggota GAM bersembunyi di pucuk-pucuk tebing. Sebagaimana di Pucok Krueng, pandangan dari atas menjadi lebih luas.
Kami lalu mendaki tangga batu di sisi air terjun yang memiliki tinggi sekitar 20 meter itu.
Di puncak air terjun, terdapat sebuah pembangkit listrik mikrohidro berkapasitas 40 kilowatt. Kapasitas tersebut cukup untuk menerangi tiga desa terdekat dari air terjun.
Listriknya dijual kepada PLN, kemudian masyarakat bisa berlangganan melalui PLN. ”Kalau akhir pekan, banyak warga yang datang ke sini,” tutur Marjuni.
Kami sepakat untuk tidak naik ke bukit karena jalurnya cukup terjal dan licin. Seperti di Pucok Krueng, kami lebih khawatir tidak bisa turun setelah sampai di puncak. Di puncak-puncak tebing, juga terdapat gua untuk bersembunyi.
Karena itu pula, objek wisata gerilya lebih sering dikunjungi ketika musim kemarau yang jatuh pada awal tahun.
PADA 15 Agustus 2005, diteken perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ya, MoU Helsinki,sudah berusia 11 tahun.
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara