Di Sekolah, Anak Dicemooh karena Kiblat Salat ke Filipina
Minggu, 13 September 2009 – 09:43 WIB
Pada 1971, para penganut Islam Tua mengorganisasi komunitasnya. Mereka menganggap ajaran yang dianutnya merupakan salah satu aliran dari Islam. Namun, itu memancing reaksi keras dari umat muslim di sekitar. Yang paling ditentang adalah penggunaan kata Islam. Apalagi, penganut Islam Tua tak mengakui kitab suci Alquran. Dengan tidak mengakui Alquran sebagai kitab suci, tentu saja umat muslim tak terima penggunaan kata Islam dalam Islam Tua.
Pemerintah pun bereaksi, berbicara kepada para tokoh Islam Tua dan meminta mereka untuk tak menyebut Islam. Untuk itu, para penganut Islam Tua berada di bawah koordinasi Pakem (Penganut Aliran Kepercayaan Masyarakat). Pada 1978, Islam Tua bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Artinya jelas, Islam Tua dianggap bukan sebagai agama, tapi hanyalah sebagai salah satu "kebudayaan".
Itu direaksi keras oleh para penganut Islam Tua. "Ketika itu, kami hidup dalam ketakutan. Beberapa kali kami dipanggil koramil (komando rayon militer, Red) dan sebagainya," kenangnya. Saat itu, Hermanto pernah berdialog dengan petugas Depdikbud saat itu. "Kami bertanya, apa beda agama dan kepercayaan," urainya.
Jawaban yang diterima dari aparat sangat menyederhanakan masalah. Menurut aparat, agama mempunyai kitab suci, sedangkan kepercayaan tidak. Itu ambigu karena ada beberapa ajaran yang mempunyai kitab, tapi tak diakui sebagai agama di Indonesia. Namun, pada 1984, para penganut ajaran tersebut "menyerah" setelah sejumlah kesulitan mereka alami. Mulai pernikahan yang tak pernah dilayani oleh aparat pemerintahan (seperti akta kelahiran dan akta nikah) hingga intimidasi fisik. Karena dengan bersikap melawan justru tak ada manfaat yang diambil untuk kelangsungan hidup ajaran ini, akhirnya mereka menerima keyakinannya hanya dianggap sebagai kepercayaan, bukan agama. Pada 26 Februari 1984, Islam Tua mengubah namanya menjadi Himpunan Penghayat Kepercayaan Masade.
Ajaran-ajaran "Islam Tua" atau yang sekarang bernama resmi Badan Koordinasi Organisasi Kepercayaan Masade (BKOK) sudah ada sejak abad ke-17.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408