Di Sekolah, Anak Dicemooh karena Kiblat Salat ke Filipina
Minggu, 13 September 2009 – 09:43 WIB
Menurut Hermanto, dirinya sampai turun tangan menyelesaikan masalah tersebut. Hanya, dia cukup pintar dengan tidak mengambil jalan konfrontatif. Dia merendah dan meminta guru tersebut memberikan "dispensasi" untuk memaklumi kondisi itu. "Terserahlah, mau diberi nilai nol tidak apa-apa asal jangan diperlakukan seperti itu. Kasihan anaknya," katanya kepada sang guru. Masalah itu pun selesai. Si anak kembali mau sekolah, sementara si guru memaklumi dan memberikan nilai minimal untuk bisa naik kelas.
Bagaimana cara penganut kepercayaan itu menambah pengikut" Hermanto menggeleng. "Tidak ada cara khusus. Yang paling sering mendapat tambahan pengikut dengan cara kawin. Sebab, kami mensyaratkan tidak boleh ada pernikahan silang dengan penganut kepercayaan lain. Boleh nikah, tapi harus masuk kepercayaan kami," imbuhnya. Selain itu, tentu saja dengan cara mempunyai anak sebanyak-banyaknya supaya kelangsungan kepercayaan itu tetap ada.
Tapi, pernikahan juga menjadi salah satu pintu keluar penganut tersebut memeluk keyakinan yang lain. "Meski aturan kepercayaan seperti itu, namanya manusia, banyak penganut kepercayaan kami yang akhirnya pindah keyakinan karena pernikahan," ucapnya pasrah.
Apakah ada penurunan populasi penganut kepercayaan tersebut" Hermanto menggeleng. "Jumlahnya ya hanya sekitar itu-itu saja (sekitar 1.800-an, Red). Jumlah yang menikah dan pindah keyakinan lain berimbang dengan yang menikah kemudian memeluk keyakinan kami," terangnya.
Ajaran-ajaran "Islam Tua" atau yang sekarang bernama resmi Badan Koordinasi Organisasi Kepercayaan Masade (BKOK) sudah ada sejak abad ke-17.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408