Di Sekolah Ini, Tak Pakai Sepatu dan Seragam pun Boleh
Di antara 30 siswa yang terdaftar, kemarin ada 18 anak yang masuk sekolah. Di antara siswa yang masuk tersebut, ada tiga siswa yang bekerja sambil bersekolah.
Mereka adalah Bagiyo, Ahmad Nur Huda, dan Fajar Zakaria. "Saya jaga toko sembako di Warujayeng (Kecamatan Tanjunganom)," ungkap Bagiyo mengawali perbincangan dengan Jawa Pos Radar Nganjuk.
Keinginan melanjutkan sekolah itu muncul setelah diajak Ahmad Nur Huda.
Kebetulan, Huda merupakan tetangga dekatnya. Karena ingin punya ijazah SMA, Bagiyo memutuskan sekolah lagi di SMA terbuka di Dusun Tengger di kaki Gunung Wilis tersebut.
"Di sini gratis. Tidak dipungut biaya apa pun," ungkapnya senang.
Berbeda dengan siswa SMA di sekolah reguler, siswa SMA terbuka memang hanya masuk dua kali seminggu.
Yakni, pada Jumat dan Minggu. Setiap Jumat, siswa masuk pukul 13.00-15.00, sedangkan Minggu 08.00-12.30.
Fajar Zakaria juga tidak bisa terus masuk sekolah seperti dua temannya. Pemuda yang bekerja sebagai pencari daun cengkih di pabrik pengilangan minyak cengkih itu hanya bisa masuk setiap Minggu.
Siswa SMA Terbuka Ki Hajar Dewantoro di Desa Blongko, Ngetos, Nganjuk tetap memiliki semangat belajar yang tinggi dalam keterbatasan.
- Cegah Anak Putus Sekolah, RK-Suswono Usung Program Pendidikan Dasar-Menengah Gratis
- Kolaborasi Prabowo dan Ahmad Ali-AKA Solusi Tepat Atasi Anak Putus Sekolah di Sulteng
- Ini Upaya Pemkot Palembang dan Polisi Mencegah Tawuran
- Berdayakan Mahasiswa dan Anak Putus Sekolah, Cleansheet Gencar Cari Investor
- Begini Strategi Srikandi Ganjar Untuk Tekan Jumlah Perempuan Putus Sekolah di Jabar
- Ribuan Anak di Papua Barat Putus Sekolah, Irjen Daniel: Saya Prihatin