Di Sini, Senjata dan Narkoba Sudah Digaris Merah

“Tapi sekarang ini sudah tidak dikejar lagi, karena sudah banyak kenalan. Meskipun jalan di siang hari, bahkan kalaupun masuk ke kantor imigrasi tidak ditangkap karena banyak kenalan,” ujarnya tersenyum.
Para pelintas batas tak terusik dengan aktivitas kelompok pemberontak. Fikran justru pernah dibantu kelompok Moro saat dikejar petugas. Ternyata, ada anggota Moro yang masih punya ikatan saudara dengan warga Sangihe.
Selain berdagang, Fikran dan warga lainnya juga menawarkan jasa ke Filipina. Biayanya Rp 1 juta per orang.
“Kalau hanya untuk berkunjung dipastikan aman kalau jalan denganku. Sudah banyak kenalan petugas,” katanya dengan nada sedikit sombong.
Kondisi sekarang di Gensan, menurutnya lebih aman. Kelompok pemberontak merasa lebih aman di Kepulauan Sulut. Ke arah barat dari General Santos.
Penjaga Perbatasan
Selama ini, warga di perbatasan dianggap membantu masuknya penyelundup ke Indonesia. Fikran dan warga setempat sudah tahu soal ini. Mereka kecewa.
Dari (pemerintah) pusat sudah menggaris merah warga Tinakareng sebagai daerah penyelundup,” katanya.
Beberapa kali menggagalkan penyelundupan senjata dan narkoba. Bertarung nyawa di laut lepas demi rupiah. Itulah kisah penduduk Kampung Nanedakele
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu