Di Tangan Anak, Mobil jadi Barang Mematikan

Di Tangan Anak, Mobil jadi Barang Mematikan
A.Kasandra Putranto. Foto: Ken Girsang/JPNN

Saya kira jumlahnya sangat tinggi sekali. Saya sering bilang ke anak saya bahwa  hampir 75 persen kasus kecelakaan yang terjadi melibatkan anak usia SMA ke bawah. Jadi ini memerlihatkan bahwa di tangan seorang anak, ketika belum memiliki mental yang baik, kendaraan bermotor menjadi sebuah senjata yang sangat mematikan dengan jumlah korban yang ditimbulkan juga bisa tidak sedikit.

Apa yang menyebabkan demikian?

Yang pertama kecelakaan kita sadari memang sering diakibatkan kondisi fisik. Misalnya karena mengantuk. Tapi selain itu,  dalam kasus kecelakaan yang melibatkan anak, sering terjadi karena secara psikologi anak belum memiliki kompetensi mental. Makanya kenapa untuk memeroleh Surat Izin Mengemudi (SIM) diharuskan 17 tahun ke atas. Karena dalam mengemudi, salah satu pertimbangannya kompetensi mental.

Apa pentingnya kompetensi mental?

Dalam mengemudi kompetensi mental ini jelas sangat dibutuhkan. Karena mengemudi itu kan membutuhkan analisa, mengukur potensi dan sikap reflek. Misalnya pada kecepatan tertentu, perlu perhitungan yang matang berapa jarak aman dan apa yang terjadi ketika melakukan rem mendadak saat jarak aman tidak terjaga. Nah kalau anak baru 13 tahun, untuk berhitung saja masih susah, bagaimana ia mampu menguasai itu.

Kalau kasusnya demikian, siapa yang paling bertanggung jawab?

Keluarga tentu memiliki tanggung jawab besar. Terutama peran orangtua dalam menanamkan tanggungjawab sejak dini. Di sinilah pentingnya membangun sistem security dan safety di rumah. Misalnya anak boleh nyetir, tapi harus tetap didampingi dan anak sudah dibimbing sejak usia dini.

Mungkin anda bisa mencontohkan lebih konkrit?

BUKAN semata korban tewas mencapai enam orang, kecelakaan maut si Dul di Tol Jagorawi, Minggu (8/9) dini hari juga menyembulkan berbagai persoalan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News