Di Tengah Pandemi COVID-19, Petani Australia Justru Panen Duit
Di tengah ketegangan hubungan dagang dengan China serta pandemi COVID-19, sektor pertanian Australia justru mengalami 'booming'. Nilai hasil panen mencapai AUD 66 miliar atau sekitar Rp 660 triliun.
Pada saat yang sama, Biro Pertanian dan Ekonomi Sumberdaya dan Sains (ABARES) menyebutkan harga pangan melonjak lebih dari 15 persen, karena konsumen membayar lebih mahal untuk daging merah.
Lembaga pemerintah yang mengurusi komoditas pertanian ini menjelaskan kondisi cuaca yang baik dan panen biji-bijian yang melimpah mendorong peningkatan nilai makanan dan serat sebsar 8 persen dibandingkan tahun lalu.
Laporan ABARES yang dirilis hari ini menunjukkan hasil produksi pertanian tahun 2020/21 meningkat senilai AU$5 miliar.
Menurut Direktur Utama ABARES Dr Jared Greenville, pendapatan usaha pertanian rata-rata tahun ini diperkirakan meningkat 18 persen menjadi AU$184.000 setahun petani tanaman dan ternak, serta AU$190.000 untuk peternak sapi perah.
"Sektor pertanian mampu mengatasi dampak pandemi COVID-19, umumnya disebabkan oleh kondisi musim yang baik di pesisir timur (Australia) selama musim tanam yang lalu," jelasnya.
Ia menambahkan hasil panen gandum mencatatkan rekor terbesar begitu pula dengan hasil panen tanaman musim dingin.
Di tengah ketegangan hubungan dagang dengan China serta pandemi COVID-19, sektor pertanian Australia justru mengalami ledakan
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- IFAD Tinjau Program UPLAND di Garut Untuk Tingkatkan Produktivitas & Kesejahteraan Petani
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Pupuk Indonesia Percepat Penebusan Pupuk Subsidi di Wonogiri untuk Dukung Musim Tanam
- Pupuk Indonesia dan Wapres Ajak Petani Tebus Pupuk Bersubsidi di Kegiatan Rembuk Tani