Diadang Uni Eropa, Indonesia Bidik India Jadi Pasar Baru Ekspor CPO
Dia menjelaskan, BM atas impor raw sugar dari India menjadi lima persen dari sebelumnya berlaku tarif BM sepuluh persen.
Kebijakan Indonesia ini bisa membuat BM ke India juga longgar. Saat ini, India memberlakukan BM sebesar 45 persen untuk produk turunan minyak sawit dari Malaysia, sedangkan dari Indonesia sebesar 50 persen.
"Kalau BM CPO menurun, India bisa jadi pasar baru CPO kita," katanya.
Menurutnya, ekspor ke India mencapai puncak pada 2017 sebesar 7,63 juta ton atau melonjak dari 2016 yang tercatat 5,78 juta ton.
Namun, pada 2018, ekspor minyak sawit Indonesia ke India anjlok hingga menjadi 6,71 juta ton.
Sepanjang Januari-Maret 2019, ekspor sawit ke India sebanyak 1,32 juta ton atau justru di bawah Uni Eropa (UE) yang mencatatkan impor minyak sawit asal Indonesia sebanyak 1,41 juta ton pada periode sama.
Pada 2018, sepanjang Januari-Maret, ekspor ke India tercatat sebanyak 1,45 juta ton dan ke UE sebanyak 1,20 juta ton.
“Di Kaltim pada triwulan pertama tahun ini ekspor CPO Kaltim tumbuh 57,42 persen (yoy). Jika pasar baru ke India bisa berlangsung, otomatis kinerja kita di Kaltim juga akan meningkat," pungkasnya. (ctr/ndu2/k15)
Indonesia harus pintar mencari peluang untuk menjaga kinerja ekspor minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di tengah tekanan Uni Eropa.
Redaktur & Reporter : Ragil
- Nilai IKIP Kaltim Meningkat, Masuk Tiga Besar Nasional
- Kaltim Raih Peringkat 13 Nasional di Ajang PEPARNAS XVII 2024
- Pembangunan IKN Jadi Daya Ungkit Realisasi Investasi di Kalimantan Timur
- Apkasindo dan TSIT Jalin Kerja Sama Menyiapkan Petani Sawit Indonesia Hadapi EUDR
- Rudi Mas'ud Maju Pilgub Kaltim, Pengamat: Masyarakat Mesti Tolak Politik Dinasti
- Pilgub Kaltim: Aktivis Ini Soroti Dinasti Politik Rudi Mas'ud, Dinilai Rawan Konflik Kepentingan