Diana Abbas Thalib-Hidayat Nurwahid setelah Kelahiran Bayi Kembar

Ingin si Kembar Jadi Atlet Ganda Bulu Tangkis

Diana Abbas Thalib-Hidayat Nurwahid setelah Kelahiran Bayi Kembar
Diana Abbas Thalib-Hidayat Nurwahid setelah Kelahiran Bayi Kembar

Apalagi, menginjak minggu ke-16 saat plasenta (ari-ari) janinnya terbentuk. Jika biasanya dia bekerja di rumah sakit hingga sore, dia hanya mengontrol instansi yang dibawahinya sekitar 3-4 jam. Dia juga hanya mendampingi suaminya untuk acara di dalam kota. ''Kalau ke luar kota tidak diperbolehkan dokter. Lagi pula saat saya hamil, Bapak jarang ke luar kota,'' ungkapnya.

Kendati demikian, Diana tetap mendampingi suami saat PKS kampanye. Selama hamil, empat kali dia mendampingi Hidayat kampanye. Yaitu, kampanye di Depok, Bekasi, Blok S, dan Senayan. ''Waktu di Senayan saya malah hamil besar,'' ujarnya. Tak hanya dia yang kerepotan menjaga kehamilannya, Hidayat juga demikian. Di tengah kesibukan pemilu dan tugasnya sebagai ketua MPR, Hidayat terus memperhatikan kondisi sang istri. Dia juga rajin menunggui Diana selama dirawat di RSPI.

Diana menuturkan, ketika hamil, begitu banyak gangguan kesehatan yang dialaminya. Diana mengalami flek atau semacam pendarahan pada rahim. Jika tidak dijaga, amat rentan keguguran. Asam lambungnya juga kerap meningkat hingga ke tenggorok. Tak urung Diana kerap batuk. Tekanan darahnya juga naik. Begitu pula penimbunan cairan tubuhnya. Juga gatal-gatal hebat di tubuhnya.

''Pokoknya, saya mengalami gangguan yang jarang dialami wanita saat hamil. Mungkin karena faktor usia,'' ungkap wanita campuran Pasuruan-Pekalongan itu. Dia bersyukur karena tidak sempat ngidam macam-macam. ''Cuma pengin rujak sama es serut aja. Nggak ngidam aneh-aneh,'' imbuhnya.

Mengandung bayi kembar di usia 42 tahun tidak mudah bagi Diana Abbas Thalib. Terutama saat berkeliling daerah mendampingi suami, Hidayat Nurwahid,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News