Dianggap ATM, Wakil Rakyat Stres
Pusing, Konstituen Sering Minta Uang
Rabu, 06 Oktober 2010 – 05:25 WIB
Hendrawan juga menyebut karakter praktik politik di Indonesia berkembang ke dua kutub yang tidak sehat. Di satu sisi, demokrasi berbiaya tinggi. Di sisi yang lain, relasi wakil rakyat dengan konstituen bertambah rendah. "Membangun hubungan bertahun-tahun bisa sirna dalam semalam dengan politik uang," katanya.
Sedangkan M. Romahurmuziy menyebut, hubungan antara wakil rakyat dan konstituen sejatinya merupakan simbiosis mutualisme. "Artinya, Anda memberikan yang mereka minta pada titik-titik tertentu," kata wakil dari Jawa Tengah VII "Purbalingga, Barjarnegara, dan Kebumen" itu.
Menurut dia, saat ini masih ada 31 juta rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan dan itu tersebar merata di semua provinsi. Dengan demikian, wajar bila ada tuntutan yang sifatnya kebutuhan dasar. Mulai perbaikan infrastruktur, pengadaan fasilitas pertanian, hingga rumah ibadah. Tidak ada permintaan yang menyangkut legislasi.
"Jadi, anggota dewan, ketika pulang reses, balik ke Jakarta pasti bawa proposal. Masyarakat tidak mau memahami kalau anggota dewan tidak bisa mengeksekusi proposal. Pokoknya, dikejar terus lewat SMS," ujar Romi, begitu dia biasa disapa.
JAKARTA - Tidak mudah menjadi wakil rakyat. Tak hanya disorot karena kinerja buruk dan citra kurang baik. Sebagian besar anggota DPR itu juga menyatakan
BERITA TERKAIT
- Pilgub Jakarta 2024, Mas Pram – Bang Doel Menang Versi Quick Count, Taki R Parapat Bersyukur
- Jan Maringa Yakin YSK-Victory Dapat Mempercepat Pemerataan Pembangunan di Sulut
- Keluarkan 5 Seruan Sikapi Ketidakadilan di Pilkada, Bu Mega Ajak Rakyat Berani
- Bu Mega Bikin Pernyataan soal Pilkada, Isinya Singgung Praktik Lancung Pengerahan Aparat Negara
- PDIP Sebut Ade-Asep Menang di Quick Count Pilbub Bekasi
- Cak Lontong Optimistis Melihat Quick Count Pram-Doel, Satu Putaran!