Dianggap Gila, Kini Bikin Industri Kerupuk Mangrove

Dianggap Gila, Kini Bikin Industri Kerupuk Mangrove
AKTIVIS MANGROVE - Ketua Kelompok Perempuan Muara Tanjung Jumiati ditemui di Jakarta. Ia berdiri di samping foto-foto kegiatannya di desa Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. FOTO: Henny Galla Pradana / JAWA POS
Bukan tanpa maksud dia mengorbankan diri bekerja setiap hari demi hutan mangrove. Jumiati dan 12 istri nelayan tersebut memercayai bahwa suatu saat hutan mangrove bisa mengangkat dan memperbaiki perekonomian warga Sei Nagalawan, desa yang kala itu masih dikategorikan miskin oleh pemerintah.

Perempuan berkerudung itu menerangkan, dahulu roda perekonomian Desa Sei Nagalawan sangat buruk. Jumiati dan keluarganya adalah salah satu yang tak terhindar dari kehidupan di garis kemiskinan.

Bahkan, dia mengaku, saat melahirkan bayi pertamanya sebelas tahun lalu, dirinya dan suami, Sutrisno, hanya memiliki duit Rp 3.000. Tak pelak, kelahiran anak sulung yang diberi nama Putri Zona Samudera itu terpaksa melalui jasa dukun.

Pascamelahirkan pun, Jumiati dan suaminya masih dilanda kegundahan karena tidak memiliki uang untuk membeli popok dan pakaian bagi bayi mereka. "Saya terpaksa mengetuk rumah tetangga dan saudara untuk meminta kain atau popok bekas," ungkapnya.

BERKAT kegigihannya berinovasi, Jumiati, warga pesisir pantai Sumatera Utara, mampu menggerakkan perekonomian desa. Dia pun menjadi seorang di antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News