Dianggap Gila, Kini Bikin Industri Kerupuk Mangrove
Selasa, 19 Maret 2013 – 09:04 WIB
Perjuangan Jumiati untuk membebaskan wilayahnya dari krisis pangan tidak berhenti di situ. Untuk mendapat penghasilan tambahan bagi keluarga, dia menggerakkan kelompok perempuan nelayan untuk mengolah mangrove jenis jeruju menjadi kerupuk dan minuman teh.
Sementara itu, buah mangrove jenis pidada diproduksi menjadi sirup. Ada juga mangrove api-api yang bisa diolah menjadi dodol serta tepung kue.
Jumiati mengaku tidak pernah terpikir untuk membuat kerupuk dari mangrove. Apalagi bagi ibu-ibu yang kebanyakan hanya lulusan SD itu. Mereka semula menganggap pohon mangrove hanya berfungsi melindungi desa dari angin kencang, terjangan ombak, serta abrasi.
Hingga 2006, Jumiati mendapat ide hasil diskusi dengan para aktivis tambang Sumatera Utara. "Saya kaget mengetahui bahwa mangrove ternyata bisa dijadikan kerupuk, sirup, dan dodol. Ini peluang untuk memberdayakan perempuan nelayan di desa kami," terangnya.
BERKAT kegigihannya berinovasi, Jumiati, warga pesisir pantai Sumatera Utara, mampu menggerakkan perekonomian desa. Dia pun menjadi seorang di antara
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408