Dianggap Gila, Kini Bikin Industri Kerupuk Mangrove

Dianggap Gila, Kini Bikin Industri Kerupuk Mangrove
AKTIVIS MANGROVE - Ketua Kelompok Perempuan Muara Tanjung Jumiati ditemui di Jakarta. Ia berdiri di samping foto-foto kegiatannya di desa Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. FOTO: Henny Galla Pradana / JAWA POS
Perjuangan Jumiati untuk membebaskan wilayahnya dari krisis pangan tidak berhenti di situ. Untuk mendapat penghasilan tambahan bagi keluarga, dia menggerakkan kelompok perempuan nelayan untuk mengolah mangrove jenis jeruju menjadi kerupuk dan minuman teh.

Sementara itu, buah mangrove jenis pidada diproduksi menjadi sirup. Ada juga mangrove api-api yang bisa diolah menjadi dodol serta tepung kue.

Jumiati mengaku tidak pernah terpikir untuk membuat kerupuk dari mangrove. Apalagi bagi ibu-ibu yang kebanyakan hanya lulusan SD itu. Mereka semula menganggap pohon mangrove hanya berfungsi melindungi desa dari angin kencang, terjangan ombak, serta abrasi.

Hingga 2006, Jumiati mendapat ide hasil diskusi dengan para aktivis tambang Sumatera Utara. "Saya kaget mengetahui bahwa mangrove ternyata bisa dijadikan kerupuk, sirup, dan dodol. Ini peluang untuk memberdayakan perempuan nelayan di desa kami," terangnya.

BERKAT kegigihannya berinovasi, Jumiati, warga pesisir pantai Sumatera Utara, mampu menggerakkan perekonomian desa. Dia pun menjadi seorang di antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News