Dianggap Gila, Kini Bikin Industri Kerupuk Mangrove

Dianggap Gila, Kini Bikin Industri Kerupuk Mangrove
AKTIVIS MANGROVE - Ketua Kelompok Perempuan Muara Tanjung Jumiati ditemui di Jakarta. Ia berdiri di samping foto-foto kegiatannya di desa Sei Nagalawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. FOTO: Henny Galla Pradana / JAWA POS
Dengan mengolah ujung daun mangrove dengan adonan tepung yang telah dibumbui, ungkap Jumiati, mangrove jeruju (Acantus ilicifolius) bisa dijadikan kerupuk. Sebelum menjadi kerupuk yang renyah, duri-duri daun jeruju harus dihilangkan. Lalu, dicuci bersih dan digiling halus bersama campuran bawang. Kendati tanpa bahan pengawet, kerupuk mangrove jeruju bisa bertahan hingga sebulan.

"Hasil kerupuk mangrove jeruju ini telah menghasilkan omzet Rp 3 juta per bulan," jelasnya.

Pada 2010, Jumiati dan kelompok nelayannya mengembangkan mangrove api-api menjadi dodol. Bahkan, tepung mangrove api-api bisa digunakan untuk campuran bahan baku kue-kue kering.

Dia menjelaskan, dodol yang diolah masih rasa mangrove asli. Inovasi dengan rasa lain masih dipertimbangkan. Jumiati tidak ingin ciri khas rasa mangrove tersebut hilang.

BERKAT kegigihannya berinovasi, Jumiati, warga pesisir pantai Sumatera Utara, mampu menggerakkan perekonomian desa. Dia pun menjadi seorang di antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News